Intisari-Online.com - Mari berharap malam ini langit Jakarta bersih. Sehingga kita bisa melihat supermoon atau Bulan super yang diramaikan di media sosial. Namun, jangan terkecoh akan melihat foto eksotis yang beredar di media sosial belakangan ini ya?
Istilah supermoon atau Bulan super sejatinya merupakan istilah astrologi Barat, bukan astronomi. Sebutan itu dipopulerkan astrolog atau ahli nujum Richard Nolle sejak 1979. Namun, istilah itu baru populer sekitar satu dekade terakhir seiring maraknya internet.
(Baca juga: 5 Tempat Terbaik Untuk Melihat Fenomena Supermoon Terbesar Sejak 70 Tahun Lalu)
Sebutan supermoon mengacu pada peristiwa astronomi berupa Bulan purnama yang terjadi di dekat perige atau jarak terdekat Bulan-Bumi. Sementara saat Bulan ada di dekat apoge atau jarak terjauh Bulan-Bumi, hal itu disebut micromoon. Dua istilah itu dinilai astronom berlebihan karena purnama di perige dan apoge hanya berbeda ukuran 14 persen dan berbeda kecerlangan 30 persen.
Ingat ya, 14 persen. Tak jauh dari angka sepersepuluhnya. Jika luas lingkaran Bulan misalkan 100 cm2, maka pada Bulan super kali ini hanya bertambah menjadi 114 cm2. Tidak terlalu ngefek. Makanya, jangan lantas membayangkan bentuk seperti uang logam 500.
Bulan purnama terjadi tiap 29,5 hari, saat Bulan ada di posisi berseberangan dengan Matahari terhadap Bumi. Adapun jarak perige berubah tiap bulan akibat dinamika sistem Matahari-Bumi-Bulan. Jarak perige bervariasi, 356.400-370.400 kilometer (km), dan jarak rata-rata Bumi-Bulan 384.400 km.
"Gaya gravitasi Matahari memengaruhi sistem Bumi-Bulan hingga mengubah eksentrisitas atau kelonjongan bidang orbit Bulan," kata komunikator astronomi dan pengelola langitselatan.com, Avivah Yamani, Minggu (13/11).
Perubahan kelonjongan orbit dan posisi Bulan di orbit saat purnama membuat purnama tak selalu terjadi di dekat perige, bisa juga dekat apoge. Bahkan, meski sama-sama di dekat perige, jaraknya tak selalu sama.
Pada Senin (14/11) malam, puncak Bulan purnama terjadi pukul 20.52 WIB atau sekitar 2,5 jam setelah Bulan melintasi perige 356.520 km dari Bumi. Sebelumnya, purnama sedekat itu terjadi pada 26 Januari 1948 atau 68 tahun lalu saat Bulan berjarak 356.490 km. Selanjutnya, kejadian serupa akan berulang pada 26 November 2034 atau 18 tahun lagi, pada jarak Bulan 356.446 km.
Meski Bulan akan tampak lebih besar dan terang, perubahan itu sulit diamati, khususnya bagi yang tak punya perbandingan dengan citra purnama saat di apoge. Beda kecerlangan Bulan bisa diamati, tetapi tergantung kondisi atmosfer Bumi saat itu.
(Baca juga: Misteri Supermoon 14 November 2016)
Ilusi Bulan
Source | : | kompas |
Penulis | : | Agus Surono |
Editor | : | Yoyok Prima Maulana |
KOMENTAR