Intisari-Online.com- Di suatu sore di desa kecil, seorang kakek sedang berjalan-jalan. Ia menggandeng cucu laki-lakinya yang tengah asyik memerhatikan segala hal tentang desa ini.
Aksi jalan-jalan santai itu membawa keduanya ke sebuah pinggir kali. Air yang jernih, membuat mereka bisa melihat apa saja yang ada di dalam air dengan mudah.
Si kakek melepaskan pegangan tangan cucu laki-lakinya. Seketika si cucu langsung berlari mendekat ke pinggir kali.
“Wah airnya bersih...”, puja si cucu laki-laki. Si kakek tersenyum dan ikut duduk di samping cucu laki-lakinya.
Lalu tiba-tiba, si cucu laki-laki melihat seekor kura-kura besar yang sedang berjalan di pinggir kali.
“Kek... kek... lihat ada kura-kura besar!” ucapnya senang. Ia segera mendekati dan mengamati kura-kura tersebut.
Namun, seperti menyadari ada musuh, si kura-kura dengan sigap masuk ke dalam tempurungnya yang keras. Melihat itu, si cucu laki-laki segera mencoba membuka secara paksa. Si cucu laki-laki memukul tempurung dengan tangan kosong bahkan menggunakan batu-batu kecil.
Aksi cucunya pun membuat si kakek mendekatinya. Ia menegur si cucu laki-lakinya.
“Bukan seperti itu caranya cu,” kata si kakek pelan.
“Lalu bagaimana kek? Kura-kurangnya tidak mau keluar,” ucap si cucu.
“Tentu dia tidak akan keluar. Jika caranya demikian tidak akan pernah berhasil. Kakek akan ajarkan. Bawa kura-kuranya pulang,” ungkap si kakek. Si cucu menurutinya dan membawa kura-kura pulang bersama mereka.
Setibanya di rumah, si kakek duduk tidak jauh dari perapian. Ia meminta si cucu laki-lakinya mendekat sambil membawa kura-kuranya.
“Perhatikan baik-baik,” kata si kakek.
Si kakek meletakkan kura-kuran di dekat perapian yang hangat. Beberapa menit kemudian, kura-kura tersebut mengeluarkan kakinya. Lalu tidak lama kepalanya keluar sedikit-sedikit. Ia pun merangkak bergerak mendekati si cucu laki-laki yang duduk tidak jauh dari perapian.
“Janganlah melakukan segala sesuatu dengan paksaan. Berilah kehangatan dan keramahan, maka ia akan menanggapinya,” jelas si kakek.