Jurus Ampuh Atur Keuangan Keluarga Muda

K. Tatik Wardayati
Ade Sulaeman

Tim Redaksi

Kiat Memperbaiki Keuangan Rumah Tangga
Kiat Memperbaiki Keuangan Rumah Tangga

Intisari-Online.com – Mengatur keuangan bagi pasangan yang baru menikah haruslah ekstra hati-hati. Jika diibaratkan membangun rumah, awal menikah menjadi fondasi yang akan diteruskan hingga tua nanti supaya bisa hidup sejahtera.

--

Memutuskan menikah bagi pasangan muda-mudi adalah salah satu keputusan besar dalam hidup. Menikah adalah menyatukan dua keluarga, memulai hidup baru dengan membentuk keluarga baru. Tentu saja pasangan baru ini akan menghadapi banyak masalah dan kendala, terutama masalah keuangan.

Untuk mengatur keuangan, sebaiknya dibiasakan sejak awal menyamakan prinsip dengan pasangan. Terkadang tabungan terkuras habis hanya untuk kebutuhan pesta pernikahan dan sebagainya, tidak terpikirkan bagaimana menata kebutuhan rumah tangga setelah menikah.

“Ketika sepasang kekasih mulai berkomitmen untuk membentuk keluarga, keuangan keluarga sebenarnya sudah bisa dimulai sejak ini,” kata Prita Hapsari Ghozie, perencana keuangan di Jakarta. Namun, ia tidak menyarankan untuk membentuk rekening tabungan gabungan.

Memang pada masa-masa awal berkeluarga, masalah keuangan keluarga relatif belum kompleks. Cerita akan berubah saat usia suami-istri mencapai 40 – 50 tahun. Pada saat inilah mereka akan memiliki banyak tanggungan, terutama pendidikan anak. Di saat demikian manfaat perencanaan keuangan benar-benar dirasakan.

Mungkin terlihat aneh membicarakan rencana belasan tahun ke depan. Namun, itulah perencanaan keuangan. Keluarga muda harus memulainya.

Prinsip keuangan yang harus didahulukan oleh keluarga muda adalah mempersiapkan dana darurat. Ini harus dipenuhi dahulu sebelum mulai berinvestasi. Dana cadangan ini diibaratkan asuransi yang sewaktu-waktu dapat digunakan untuk kebutuhan darurat. Sisihkan sebagian penghasilan untuk dana darurat hingga mencapai minimal tiga kali gaji bulanan. Tetapi, bila penghasilan belum stabil, sebaiknya dana cadangan yang disediakan lebih besar lagi. Misalnya, enam kali pengeluaran rutin per bulan. Jika saat ini Anda sudah memilikinya, sebaiknya dipisahkan ke dalam sebuah rekening tersendiri. Seandainya Anda sama sekali tidak memiliki simpanan uang tunai, sebaiknya segera berusaha menyisihkan minimal 10 persen secara rutin setiap bulan dari gaji atau penghasilan.

Rumah, pendidikan, pensiun, asuransi

Setelah itu keluarga muda biasa-nya mempersiapkan dana untuk beli rumah. Harga rumah yang semakin lama semakin meninggi saja menjadi kendala tersendiri bagi kita, terutama dari kalangan ekonomi menengah ke bawah. Lalu, berapa yang harus kita siapkan dan bagaimana mendapatkan uangnya untuk memiliki sebuah rumah?

Itulah gunanya perencanaan keuangan. Setelah mengetahui berapa pemasukan dan pengeluaran rutin setiap bulannya, termasuk dalam membayar cicilan utang lainnya, kita menentukan prioritas, rencana, serta strategi keuangan yang ingin ditempuh. Biasanya, pembelian rumah merupakan prioritas utama yang harus dilaksanakan.

Rencanakan berapa harga rumah yang hendak dibeli dan dalam jangka waktu berapa tahun. Misalnya, kita merencanakan untuk membeli rumah seharga Rp300 juta dalam waktu dua tahun. Yang kemudian harus dilakukan adalah mencari tahu cara untuk mendapatkan uang muka sebesar Rp90 juta dalam waktu dua tahun. Pertama dengan menabung. Cara lain yang bisa dipertimbangkan adalah Kredit Tanpa Agunan (KTA). Tetapi harus dipertimbangkan cara membayar cicilan KTA dan KPR (Kredit Pemilikan Rumah) sekaligus. Cara lain dengan fasilitas pinjaman yang disediakan oleh perusahaan tempat bekerja atau bekerjasama dengan bank.

Banyak opsi bisa dipilih untuk mendapatkan uang muka. Semuanya tinggal tergantung bagaimana kita merencanakan dan memilih yang terbaik sesuai dengan keadaan dan kebutuhan kita. Termasuk di antaranya memilih bank yang tepat.

“Saat keluarga muda itu memutuskan untuk memiliki anak, maka mulailah persiapkan dana pendidikan anak,” jelas Prita yang juga CEO Zap Finance.

Jika ingin memasukkan anak ke sekolah terbaik, kita harus mulai menabung meski jabang bayi masih di dalam kandungan. Terlalu cepat? Enggak juga. Karena realitanya, biaya pendidikan memang makin menjulang tinggi setiap tahunnya. Apalagi bila berencana menyekolahkan anak di sekolah yang kurikulum dan fasilitasnya plus-plus, berstandar internasional, lalu melanjutkan kuliah ke luar negeri.

Menabung sejak dini punya banyak keuntungan. Bukankah pepatah lama masih belum berubah, “Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit”? Semakin lama kita menyimpan tabungan di bank, jumlahnya akan semakin meningkat. Kenaikan bunganya tak lagi lurus, tapi menanjak. Sisihkan 10 – 30 persen dari pendapatan untuk tabungan dana pendidikan anak.

Namun, menabung di sini bukan berarti hanya memasukkan uang ke tabungan di bank. Menabung juga berarti mengumpulkan sejumlah dana untuk memenuhi kebutuhan di masa depan lewat berbagai instrumen keuangan seperti tabungan, deposito, reksadana, saham, atau obligasi. Lewat instrumen keuangan tersebutlah kita bisa memenuhi target keuangan.

Artikel Terkait