Intisari-Online.com – Mengajak anak hidup hemat sesungguhnya tak harus langsung mengacu pada penggunaan uang. "Bisa dimulai dengan pengalaman sederhana dalam keseharian. Seperti menggunakan listrik, air, kertas secara bijaksana, yang akhirnya menghemat uang juga," ujar Rosmayanti Ichan, S.Psi, psikolog yang juga staf pengajar di Pra-sekolah Cikal, di bilangan Jakarta Selatan.
Mengenalkan konsep uang kepada anak memang tak mudah. Pada anak usia pra-TK (3 - 4 tahun) misalnya, ada beberapa tahapan. Dimulai dengan mengajak anak mengerti dari mana asal uang itu. Anak perlu disadarkan bahwa untuk mendapatkan uang seseorang harus bekerja. Uang tak keluar dari ATM begitu saja, meski anak melihatnya begitu. Ada sesuatu yang harus dilakukan sebelumnya untuk mendapatkan uang. Kenalkanlah anak pada profesi orangtuanya.
Sesekali, ketika beban kerja sedang tak berat, ajaklah anak ke kantor. Anak bisa melihat langsung bagaimana ayah/ibunya mendapatkan uang. Uang disimpan di bank yang bisa diambil melalui ATM. Setelah uang di tangan, ajak anak mengatur dan menggunakan uang itu secara bijaksana.
Salah satu pembelajaran paling jitu adalah mengajaknya berbelanja. Di sini orangtua dapat menjelaskan bahwa barang yang diambil harus dibeli atau dibayar dengan uang. Jelaskan pula harga barang yang berbeda satu sama lainnya. Dari perbedaan harga inilah anak belajar memahami, agar uangnya cukup, belilah hanya barang yang diperlukan.
Harus tega
Pembelajaran soal uang bisa dimulai dari menabung. Dari sini anak bisa belajar merencanakan keuangan dan menghargai uang. Anak bisa diberi pilihan. Misalnya jika setiap hari ia memiliki Rp 10.000,- jika ditabung hingga akhir pekan, hasilnya lumayan untuk jalan-jalan sekeluarga di akhir pekan, daripada langsung untuk membeli mainan yang mudah rusak.
Memang, hampir tiap orangtua tak tega menolak permintaan anak-anaknya. Apalagi si Upik merengek tak henti-hentinya. Soal harga mungkin bukan alangan. Atau malah sebaliknya, kadang jadi kendala karena harganya memang mahal. Padahal masih ada pengeluaran atau kebutuhan lain yang harus dipenuhi dan perlu biaya tak sedikit. Penghasilan tak meningkat, sementara harga kebutuhan pokok terus merangkak naik menyesuaikan dengan kenaikan harga BBM. Inilah saatnya berhemat. Tapi untuk anak, apa tega ya dipangkas?
Ingat, ini bukan soal tega atau tak tega. Anak perlu sikap orangtua yang tegas dan ajek. Jika orangtua luluh karena rengekan dan menuruti keinginannya, anak akan merasa uang bukan masalah bagi orangtuanya.
"Repotnya, kalau kakek atau nenek yang tinggal serumah justru mengabulkan," ujar Rosmayanti.
Jadi, perlu kerja sama seluruh anggota keluarga, agar anak tak bingung. Juga menghindari anak "memanfaatkan" ketidaktegaan orangtua atau kakek neneknya.
Mengajari si Upik dan Buyung menabung sejak dini akan melatih mereka menghargai jerih payah sendiri. Ketika ingin membeli mainan atau sesuatu, ia diharuskan menabung dulu. Dengan begini, anak bisa menghargai jerih payahnya sendiri dengan memelihara mainannya, tak mudah merusakkannya.
Menabung pun dapat mengajari anak belajar memberi, dalam bentuk derma atau sumbangan. Kegiatan sosial dapat diajarkan kepada anak sejak dini, lewat penjelasan, bagaimana orangtua mengatur uang untuk dibelanjakan, ditabung, atau disumbangkan untuk kegiatan sosial.
Belajar memberi ini secara langsung mendidik anak tentang nilai-nilai moral. Juga melatih untuk peka pada lingkungan sosialnya. Anak jadi belajar bahwa ada orang yang kurang mampu yang butuh dibantu dengan memberi sumbangan atau derma.