Intisari-online.com—Kebanyakan penikmat pornografi tidak sadar kalau perilakunya itu sebenarnya merugikan. Biasanya baru akan sadar kalau sudah muncul problem sana-sini. Khususnya bagi yang sudah menikah, pornografi bisa jadi pihak ketiga, si perusak rumah tangga.
Contohnya Yuga (35. Ia bingung, mengapa akhir-akhir ini istrinya malas diajak bercinta. Sudah berkali-kali ia menggoda Sonia (32) untuk melakukan aktivitas seksual di ranjang, namun perempuan itu menolak. Hingga suatu kali, Yuga memergoki Sonia sedang chatting mesra via WhatsApp dengan pria lain. Sonia selingkuh!
Tadinya, Sonia adalah istri yang sangat bergairah di ranjang. Mereka selalu puas setiap kali berhubungan seksual. Tidak ada persoalan dalam urusan seks. Delapan tahun perkawinan mereka jalani dengan harmonis. Apalagi kehadiran dua buah hati, membuat keluarga muda ini bahagia.
Rupanya bibit dari perselingkuhan Sonia berasal dari masalah yang tak terduga. Asalnya adalah kehadiran pihak ketiga, yaitu hobi baru Yuga. Setahun belakangan, Yuga senang mengoleksi video-video porno di laptopnya.
Kebiasaan ini sebenarnya juga direstui Sonia, karena Yuga juga tidak sembunyi-sembunyi. Sesekali mereka juga menontonnya berdua. Maksudnya untuk membangkitkan gairah seksual sebelum memuaskan hasrat bersama.
Namun kebiasaan Yuga ini lama-lama membuat Sonia risih. Sebab Yuga mulai senang mempraktekkan apa yang ditontonnya dan memaksa Sonia turut serta. “Kalau sesekali sih, tidak apa-apa. Saya anggap sebagai variasi gaya seks saja,” tutur Sonia yang sehari-hari adalah ibu rumah tangga.
Tapi bukannya kenikmatan, variasi gaya seks itu ternyata tak selamanya dapat diladeni oleh Sonia. Apalagi kadang-kadang Yuga memaksa dan marah kalau permintaannya tidak dipenuhi. Akibatnya, Sonia tak tahan dengan perlakuan kasar itu. Akhirnya ia mencari pria lain yang bisa lebih menghargainya.
Kalau sudah begini, siapa yang disalahkan? Hobi baru Yuga atau Sonia yang membiarkan suaminya bergelut pada hobi baru itu?
Tayangan, gambar, suara, maupun tulisan yang secara terbuka mengungkapkan tubuh dan perilaku seksualitas manusia serta membangkitkan berahi disebut dengan pornografi. Konsumsi vulgar ini memang masih jadi perdebatan dari berbagai pihak. Tapi di posisi mana pun berada, kita perlu tahu bahwa pornografi lebih banyak mudaratnya dari pada manfaatnya.
Seperti kisah Yuga dan Sonia tadi, mereka dengan terbuka mengizinkan pornografi terlibat dalam rumah tangga. Awalnya tampak indah, namun buahnya justru membuat hubungan yang sudah terjalin manis membusuk pelan-pelan.
Penting bagi pasangan suami-istri untuk senantiasa menjaga hubungan agar tetap kuat dan erat. Baik itu dalam hubungan seksual, maupun secara emosional. Pastikan ada sebuah prinsip dalam keluarga, jangan sampai urusan seks menjadi bom penghancur hubungan.
Poin pentingnya, adalah menjadikan istri atau suami menjadi bagian dari diri sendiri. Sehingga, walau ada pengganggu seperti pornografi, itu tidak mengurangi kasih sayang dan kesetiaan.
Selain itu, kedekatan emosional dengan anak juga bisa jadi perekat yang erat dalam hubungan perkawinan. Karena itu biasakanlah untuk bekerja sama, berdua dengan pasangan untuk merawat anak sejak ia lahir.
Ketika rumah tangga sudah diterpa serangan pornografi, jangan biarkan berlama-lama. Atasi segera dengan mendiskusikannya bersama pasangan. Bahkan jika sudah pada level merusak jiwa alias ketagihan, berkonsultasi dengan profesional sangat disarankan. Selamatkan keluarga kita dari bahaya pornografi!