Intisari-Online.com – Saat antre di sebuah ATM perbankan, saya mendengar percakapan menarik antara seorang ibu dengan anaknya.
Anak : “Ma, habis ini kita beli mainan yang tadi ya. Kan, Tito belum punya mainan seperti itu di rumah.”
Mama : ”Enggak, Mama tidak punya uang lagi untuk beli mainan.”
Anak : “Ambil di ATM aja Ma, kan banyak.”
Saya rasa, tidak perlu meneruskan percakapan sederhana tadi, karena semua inti permasalahan sudah saya dapatkan dari percakapan pendek ini.
Keuangan bagi sebagian orang dianggap sebagai ilmu “orang gede” yang seolah-olah menjadi hal tabu untuk dipelajari oleh anak. Jadi sangat tidak mengherankan, financial literacy atau pengetahuan keuangan orang Indonesia masih tergolong rendah dibandingkan dengan negara-negara lainnya (survey index MasterCard 2013).
Banyak dari kita mampu membuat perusahaan tempat kita bekerja menjadi semakin besar dan kaya, namun keuangan untuk dirinya sendiri tidak berkembang atau malah gagal. Itu terjadi karena selama hidup, sejak Sekolah Dasar kita diajari tentang keuangan perusahaan dan korporasi. Namun tidak pernah ada pelajaran tentang keuangan pribadinya.
Jadi kalau anak salah mengelola keuangan, memang sudah semestinya. Karena mereka tidak pernah diajari tentang pengelolaan uang pribadi. Seperti halnya kita.
Kenalkan proses
Pernahkah Anda mendapat jawaban seperti percakapan yang saya tulis di awal tulisan ini, ketika berkilah bahwa tidak ada uang? Dan secara mengejutkan anak menjawab ambil saja di ATM. Atau ketika kita menegur anak terhadap mainan yang tidak di rawat, mereka dengan santai menjawab, “Nanti beli lagi di mal.”
Bila jawaban Anda pernah, maka jangan pernah menyalahkan anak yang tidak mengerti. Tapi sebenarnya mereka sangat mengerti pelajaran keuangan yang tanpa sadar kita ajarkan, yaitu kalau membutuhkan sesuatu maka solusinya adalah beli. Dan kalau tidak ada uang, maka solusinya ambil sendiri di ATM. Jadi anak hanya belajar mengenai hasil akhir tidak pernah belajar prosesnya.
Seharusnya, selain mengajarkan bagaimana mengambil, sekali waktu kita juga harus mengajarkan bagaimana harus antre ketika menyetornya. Atau ketika mengajarkan bagaimana membeli, ajarkan juga bagaimana cara mendapatkan uang untuk membelinya. Sehingga anak akan mendapatkan pelajaran lengkap dari awal dan bukan sekadar hasil akhir .