Intisari-Online.com - Apa yang Anda lakukan saat pasangan mengorok dan mengganggu tidur? Atau, ketika anak merajuk minta ditemani tidur di kamarnya.
Ya, "pisah ranjang” mungkin menjadi satu cara yang bisa diambil. Tapi, apa pengaruhnya pada pernikahan?
“Jika seseorang merasa tidak nyaman tidur dengan pasangannya, misalnya pasangannya mendengkur dengan keras dan jadi sulit tidur, sehingga membuat mood tidak baik, maka tidak tidur di tempat tidur yang sama akan menjadi lebih baik. Jadi dilihat dulu konteks pisah ranjang yang seperti apa jenisnya,” jelas psikolog Naomi Tobing, M. Psi.
Menurut penelitian yang dilakukan National Stop Snoring Week, lebih dari 25% pasangan mengaku harus meninggalkan sang suami tidur sendiri dan beralih ke kamar lain agar bisa tidur nyenyak.
Sebanyak 27% pasangan merasa kesal, 21% merasa kelelahan, dan 16% mengaku kurang produktif keesokan harinya karena kurang tidur. Jadi, tak hanya suami yang “diusir” harus tidur di sofa, ternyata istri pun sanggup meninggalkan tempat tidur entah itu memilih tidur bersama anak, atau pindah ke kamar lain.
Selain hal itu, menurut Naomi, "pisah ranjang" kerap dipicu saat suami-istri perlu waktu introspeksi diri usai terjadi percekcokan.
“Supaya emosi lebih tenang dan memikirkan masalah lebih jernih sehingga ketika harus berkomunikasi pun menjadi lebih lancar. Tujuannya adalah menyelesaikan masalah sehingga pernikahan menjadi lebih baik.”
Efek baiknya, “pisah ranjang” sementara ini pun diharapkan membuat pasangan yang memiliki masalah menjadi saling merindukan satu sama lain, karena biasanya tidur bersama.
Tapi, ingat, meski boleh dilakukan, suami-istri sebelumnya harus sepakat ‘perpisahan’ ini hanya bersifat sementara untuk menenangkan emosi.
“Jangan sampai saking emosi malah tak ada keinginan memperbaiki masalah. Atau yang lebih parah lagi, masalahnya sudah terlalu rumit sehingga pasangan tidak mau tidur bersama lagi.”
Seks Terganggu?
Tidak ada peraturan baku bagaimana seharusnya pasangan menjalin hubungan mesra kembali pasca-percekcokan yang terjadi.
“Tapi, tentu saja tidur bersama membuat hubungan menjadi lebih hangat. Karena bisa berkomunikasi sebelum tidur, meningkatkan gairah, sekaligus meningkatkan rasa nyaman.”
Namun, jika tidur terpisah untuk waktu tertentu tadi, bagaimana soal hubungan seks? “Bisa jadi lebih bersemangat, karena saling rindu. Intinya bukan soal berapa kali dalam seminggu melakukan hubungan seksual, tapi lakukan ketika pasangan sama-sama menginginkannya, tanpa ada yang merasa terpaksa atau dipaksa.”
Anak Diberitahu, Tapi…
Ketika rumah tangga diterpa masalah dan pasangan memutuskan “pisah ranjang” sementara, anak-anak bisa saja menjadi khawatir. Oleh sebab itu, orangtua sebaiknya memberitahu anak-anak. Dengan demikian anak-anak mengerti apa yang sedang dialami orangtuanya.
“Namun, lihat dulu berapa usia anaknya. Semakin besar anak, semakin bisa dijelaskan mengenai konsep pernikahan dan bagaimana jika ada masalah dalam pernikahan. Jelaskan bahwa orangtua harus ‘pisah ranjang’ sementara dalam rangka mengatasi masalah dan berkomitmen memperbaiki hubungan.”
Sedangkan, jika anak masih kecil jelaskan dengan bahasa yang sangat sederhana dan semudah mungkin agar mereka mengerti. “Meskipun anak-anak diberitahu, tapi tidak perlu tahu semuanya, terutama yang buruk dan mengkhawatirkan.”
Sepakati Rambu-rambunya
Nah, agar terhindar dari pisah ranjang yang berarti pernikahan di ujung tanduk, apa saja yang harus dilakukan pasangan?