Kafe Tunarungu Buatan Dissa Ahdanisa Membuat Barack Obama Geleng-geleng Kepala

Moh. Habib Asyhad
,
Ade Sulaeman

Tim Redaksi

Fingertalk Cafe
Fingertalk Cafe

Intisari-Online.com -Kafe tunarungu buatan Dissa Ahdanisa ternyata pernah membuat Barack Obama geleng-geleng kepala. Ia, bersama peserta forum Young Southeast Asian Leaders lain dari Thailand, secara khusus dipanggil dan diberi pujian oleh Presiden Amerika Serikat itu.

Dissa sendiri masih tidak percaya dengan kejadian di forum yang diselenggarakan di Luang Prabang, Laos, awal September lalu itu. “Sampai sekarang masih tidak percaya Presiden Obama memanggil nama saya, tapi momen seperti ini yang membuat saya juga terinspirasi untuk terus maju dan tidak boleh mundur,” katanya dilansir BBC Indonesia, Senin (11/10).

Obama sendiri mengaku terinspirasi atas apa yang dilakukan Dissa. “Saya ingin menjamin bahwa kita Anda tetap memberikan inspirasi kepada yang lain seperti yang dilakukan oleh dua perempuan yang memberikan inspirasi di negara mereka dan seluruh dunia,” kata Obama saat itu.

Kafe tunarungu buatan Dissa sudah berdiri 2015. Kafe itu, belakangan kita ketahui bernama Fingertalk. “Ketika Presiden Obama mengucapkan kata Fingertalk, semua perjuangan saya saat mendirikan Fingertalk itu flashback di depan mata saya, mudah-mudahan ini worth it (berarti). Kita membuat Fingertalk untuk teman-teman tunarungu, dan sudah sampai diketahui oleh Obama, semoga ini memang jalan yang benar,” ujar Dissa.

Langkah membuka kafe yang mempekerjakan 32 karyawan tunarungu ini diawali dari perjalanan Dissa ke Nicaragua untuk menjadi sukarelawan. Di sana ia melihat ada kafe khusus untuk tunarungu. Pada mulanya ia ingin belajar bahasa baru, dengan bahasa isyarat yang dilakukan para penjaga kafe di sana, namun kemudian menyadari bahwa upaya ini dapat digunakan untuk memberdayakan komunitas tunarungu di Indonesia.

Fingertalk Cafe
Fingertalk Cafe
Fingertalk Cafe sebagai wajah saling berbagi pengalaman.

“Saya lihat kebutuhan pekerjaan untuk teman-teman difabel yang dekat dengan lingkungan saya adalah tunarungu. Saya berpikir, kenapa tidak kita buat satu tempat agar teman-teman tunarungu dapat pekerjaan, dan teman-teman yang bisa mendengar bisa belajar bahasa isyarat,” kata Dissa.

Salah seorang karyawan Dissa, Ifti, mengatakan orangtuanya terharu saat ia pertama kali membawa uang hasil kerja. “Saya kerja karena perlu uang untuk membantu biaya pengobatan orang tua dan membantu biaya kuliah adik saya. Saat saya bisa pulang membawa uang, orang tua saya menangis (terharu), mereka bilang, kalau punya rezeki tidak boleh pelit. Saya ajak orang tua dan adik saya jalan-jalan dan makan bersama. Senang rasanya,” kata Ifti.

Fingertalk Cafe
Fingertalk Cafe
Fingertalk Cafe sebagai batu loncatan.

Ifti menambahkan suatu saat ingin membuka salon setelah mengumpulkan uang dari hasil bekerja.

Dissa sendiri mengatakan ia ingin Kafe Fingertalk dapat menjadi sarana agar teman-teman tunarungunya bisa mandiri. Ia juga ingin kafenya ini bisa menjadi tempat belajar, wadah pertemanan dan bertukar pendapat, juga menjadi batu loncatan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.

“Dia ingin negaranya menjadi tempat di mana orang dapat meraih mimpi tanpa batasan ... dan memberikan inspirasi atas apa yang ia lakukan,” ujar Obama dalam pidato, mengutip Dissa, yang bukan satu-satunya orang yang memuji karya hebat Dissa.

slide 8 to 10 of 6

Artikel Terkait