Yuk Nongkrong Sehat dengan Minum Jamu di Kafe

Tika Anggreni Purba

Editor

Yuk Nongkrong Sehat dengan Minum Jamu di Kafe
Yuk Nongkrong Sehat dengan Minum Jamu di Kafe

Intisari-Online.com –Menikmati seduhan kopi sambil ‘kongkow’ di warung kopi adalah hal yang biasa. Bahkan bagi masyarakat urban, ngopi sudah menjadi gaya hidup. Tapi, apa jadinya kalau kopi diganti jamu? Duduk santai bersama rekan sambil menikmati pahitnya jamu, diselingi camilan dan obrolan seru.

Dulu, Mbok Jamu (nama penjual jamu) bisa jadi primadona kompleks, kehadirannya ditunggu, dan racikan jamunya dinanti. Kalau Mbok Jamu datang, penggemar jamu biasanya sudah punya langganan mbok jamu sendiri.

Lama-kelamaan, mbok jamu semakin jarang muncul dengan bakulnya. Sekarang lebih sering menggunakan sepeda,berkeliling melayani pelanggan setia. Eksistensi mbok jamu memang sudah memudar, tapi jamunya masih memiliki banyak penggemar.

Jamu merupakan minuman herbal tradisional yang berasal dari tanaman-tanaman obat yang dipercaya memiliki khasiat untuk menyehatkan tubuh. Tidak hanya menyehatkan, jamu juga dipercaya dapat menyembuhkan. Itulah sebabnya jamu bertahan sejak zaman nenek moyang, dikenali oleh yang muda sampai yang tua.

Kesadaran untuk hidup sehat memang tengah meningkat di semua kalangan, khususnya orang muda. Orang mulai beramai-ramai mencoba segala cara agar tetap sehat dan bugar. Maka muncullah sebuah fenomena baru pada masyarakat urban masa kini. Salah satunya adalah dengan minum jamu setiap hari. Tak perlu lagi menunggu mbok jamu datang, kita bisa langsung mendapatkannya di gerai penjual jamu, kalau bahasa kerennya, kafe jamu.

Kafe jamu masih banyak ditemukan di daerah Jawa. Misalnya Solo, Yogyakarta, Surbaya dan baru-baru ini merambah ke Jakarta. Di Jakarta, kita bisa mendatangi gerai Jamu sambil nongkrong santai di Suwe Ora Jamu yang ada di kawasan Petotogan Jakarta Selatan. Selain itu ada pula Bukti Mentjos, kedai jamu dengan konsep bincang-bincang sehat sebelum minum jamu di daerah Salemba, Jakarta Pusat.

Tidak berbeda jauh dengan kafe biasanya, kedai jamu kebanyakan ini dikonsep layaknya ruang tamu di rumah. Kalau di Suwe Ora Jamu, Desain interior yang dipilih adalah nuansa vintage. Di tengah ruangan terdapat ‘bar jamu’. Dari situlah semua jamu diracik sebelum disajikan kepada pengunjung.

Suwe Ora Jamu tidak menyajikan jamu buatan sendiri, jamu yang disajikan adalah ”Jamu Iboe”, salah satu brand jamu yang sudah ada sejak 1910 asal Surabaya. Beragam jamu disajikan, mulai dari jamu khusus pria dan wanita dewasa, jamu kesehatan, dan racikan jamu modern khas gerai itu sendiri. Kalau jarang minum jamu, kita akan agak geli membaca menunya. Namanya aneh, mulai dari Jamu Linu hingga Jamu Suami Betah di Rumah. Jamu dijual seharga Rp12rb-Rp35rb per gelasnya.

Sedikit berbeda sensasi dengan Suwe Ora Jamu, Bukti Mentjos lebih mirip bar yang menyajikan jamu. Pelanggan tinggal duduk di kursi dan memesan menu, lalu dilayani. Harga jamu juga bervariasi. Walau memang, di sisi kanan bar jamu dibuat pula meja dan kursi khusus bagi mereka yang ingin duduk lebih lama sambil menikmati jamu dan kudapan. Kedai ini sendiri sudah berdiri sejak tahun 1940-an di Solo, menyusul kemudian tahun 1950 di Jakarta. Kedai ini kemudian diwariskan turun menurun sebagai usaha keluarga.

Sebelum minum jamu, pelanggan akan dilayani konsultasi oleh Horatius Romuli, pemilik kedai. Ia juga yang merekomendasikan jamu dan meraciknya untuk pelanggan tersebut. Di ‘bar’ jamu itu, Romuli sendiri yang berperan sebagai acaraki (peracik jamu-red), lalu racikan jamu itu diseduh oleh pegawai kedai lainnya. Selain konsultasi kesehatan, Romuli mengkampanyekan pola hidup sehat sederhana bagi pelanggan-pelanggannya.