Intisari-online.com—Ketakutan terkena dementia melalui transfusi darah kini harus diperjelas. Sebab sebenarnya tidak ada satu pun angka kejadian dementia terjadi karena hal itu.
Tahun lalu, sebuah penelitan dari University College London memberikan peringatan pada beberapa pasien yang tertular Creuzfeldt Jakob Disease (CJD) melalui kecelakaan medis terjangkit Alzheimer pula di saat yang bersamaan. Sehingga mereka memberikan peringatan secara teoritis bahwa bibit penyakit dementia bisa jadi secara tidak sengaja menjangkiti pasien melalui transfusi darah.
Namun saat ini, sebuah penelitian besar dari Karolinska Institute di Swedia menemukan bahwa tidak ada risiko terkena dementia dari proses transfusi darah. Penelitian ini dilakukan pada 2,1 juta orang yang menerima transfusi darah dari 1,7 juta donor selama 40 tahun terakhir. Mereka menemukan bahwa tidak adak perbedaan dari mereka yang mendapat transfusi dari penderita maupun non-penderita dementia.
Transfusi darah bisa dibilang aman, apalagi di negara-negara barat saat ini. Namun, ilmuwan-ilmuwan tersebut berjanji akan tetap bekerja secara berkesinambungan untuk mengidentifikasi segala risiko yang mungkin terjadi melalui transfuse darah.
Antara tahun 1958-1985 ada sekitar 2000 orang yang bertubuh pendek di Inggris yang disuntikkan hormone pertumbuhan untuk menolong pertumbuhan mereka. Namun tanpa diketahui bahwa hormone tersebut terinfeksi CJD sehingga 80 orang meninggal karena kesalahan medis ini.
Itulah sebabnya pula banyak orang yang takut melakukan transfusi baik itu darah maupun hormon. Namun jurnal penelitian ilmiah mengenai tidak adanya korelasi dementia dan tranfusi ini telah menjelaskan semuanya.
(thetelegraph.com)