Intisari-Online.com - Meski perdamaian urung terjadi di negaranya, Presiden Kolombia Juan Manuel Santos tetap diganjar Hadiah Nobel Perdamaian 2016. Ia disebut sangat gigih mengakhiri konflik 52 tahun dengan pemberontak sayap kiri—meskipun tetap gagal.
Komite Nobel dari Norwegia memujinya karena perjanjian damai dengan pemberontak FARC, yang ditandatangani bulan lalus setelah empat tahun perundingan. Namun, beberapa masyarakat Kolombia, melalui jajak pendapat akhir pekan lalu, menggagalkan perjanjian itu.
Sebagai informasi, konflik ini telah menewaskan setidaknya 260 orang dan lebih dari enam juta lainnya mengungsi.
“Komite Nobel Norwegia telah memutuskan untuk memberikan Hadiah Nobel Perdamaian 2016 kepada Presiden Kolombia Juan Manuel Santos untuk upaya tegasnya mengakhiri perang yang berkepanjangan,” ujar ketua komite Kaci Kullmann Five, seperti dilansir dari BBC.
Tak hanya untuk sang presiden yang pertama terpilih pada 2010 itu, penghargaan ini, tambah Five, juga harus dilihat sebagai penghargaan bagi orang-orang Kolombia.
Kesepakatan damai itu ditolak oleh 50,2% pemilih yang pergi ke bilik suara pada 2 Oktober kemarin. Terlepas dari hasilnya yang mengecewakan, Santos bersumpah untuk melanjutkan pembicaraan dengan pihak pemberontak. Kabar terakhir menyebutkan bahwa pihak perunding dari pemerintah sudah berangkat ke Havana, Kuba, untuk berdiskusi lebih lanjut dengan para pemimpin FARC.
(BBC)
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR