Intisari-Online.com – Suatu ketika, hiduplah seorang bocah yang miskin. Ia adalah anak dari seorang pelatih kuda.
Kehidupan bocah ini sehari-harinya adalah menemani ayahnya pergi dari satu tempat ke tempat lain untuk melatih kuda. Ia telah melatih begitu banyak kuda mulai dari kuda yang digunakan untuk pertanian hingga kuda yang dipakai untuk perlombaan. Karena lebih sering bepergian dan membantu ayahnya bekerja untuk mencari uang, pendidikan anak ini pun terganggu.
Suatu hari, sang guru memberinya hukuman karena terlalu sering membolos. Guru ini menantangnya dan meminta sang anak untuk membuat karangan tentang apa yang ia harapkan di masa depan.
Malam itu, sang anak membuat karangan tersebut dengan sangat bersemangat. Ia membuat karangan yang panjangnya mencapai 10 halaman. Di situ ia menuliskan impiannya agar suatu hari kelak memiliki peternakan kuda sendiri. Ia menceritakan impiannya itu dengan sangat detail. Ia sudah membuat desain peternakan dengan luas yang spesifik karena ia sering mengunjungi berbagai jenis peternakan. Ia juga menunjukkan di mana saja letak bangunan, kandang kuda, dan sebagainya. Ia juga menggambarkan rumah impiannya yang terletak persis di samping peternakan tersebut.
Keesokan paginya, dengan begitu bangga anak ini menyerahkan karangan tebal tersebut pada sang guru. Dua hari kemudian ia menerima kembali hasil kerjanya. Tanpa ia sangka, di tugas itu tertulis jelas nilai ‘30’ dalam warna merah. Ada tulisan juga yang berkata ‘Temui saya sepulang sekolah’.