Konon, darah tak hanya punya warna dan kasta, darah biru misalnya. Namun, ternyata juga ada "rasanya", darah pahit atau manis contohnya. Awam sering menjuluki seseorang yang punya hobi garuk-garuk sebagai "berdarah manis". Alasannya, darah mereka terlalu manis, sehingga kulit jadi rentan terhadap gangguan gatal-gatal.
Celakanya, gatal-gatal itu tak muncul di sembarang lokasi, tapi pilah-pilih tempat. Ia hampir selalu menyerang kulit tungkai dan lengan bawah. Kadang muncul di dahi atau pipi, tapi jarang ada di kulit perut dan bokong. Gosipnya sih, orang yang "berdarah manis" ini dari sononya memang sangat diminati oleh nyamuk-nyamuk nakal.
Padahal, kalau dipikir-pikir, dari mana si nyamuk tahu darah orang yang mau digigitnya itu terasa manis atau pahit, sehingga layak atau tidak layak untuk digigit. Bukankah nyamuk tidak punya lidah, sehingga tak memiliki cita rasa terhadap darah yang dihisapnya? Jadi, istilah "darah manis" sebenarnya kurang tepat.
Sebutan paling pas untuk penyakit gatal yang berkarakter seperti itu sebenarnya prurigo. Ia tak menyerang sembarang orang, tapi hanya yang "berbakat". Ada anak yang sudah mulai terjangkit sejak berumur dua tahunan, ada pula yang baru kena pada umur lima tahun. Anak laki-laki lebih rentan daripada anak perempuan, meski belum jelas apa sebabnya.
Penyakit ini bersifat warisan. Kalau ibu berbakat prurigo, sebagian anaknya akan mewarisi bakatnya. Kalau penyakitnya dibawa oleh kedua orangtua, semua anak akan terkena.
Bakat pengidap prurigo lazimnya baru ketahuan jika darahnya diperiksa. Sel darah putih jenis eosinophyl lebih banyak dari normal. Karena muncul sejak kecil, yang bisa dilakukan adalah mencegah agar penyakit itu tak sering muncul. Kalau telanjur menyerang, harus langsung diredam, agar tidak membekas di kulit.
Munculnya prurigo bermula dari bintil-bintil sebesar jarum pentul yang tak begitu tampak bila tak diraba. Penderita baru tahu ada bintil alit (kecil) setelah merasakan sensasi gatal hebat, sehingga terdesak menggaruk dan terus menggaruk.
Garukan sengit itu menimbulkan luka lecet, disusul kelainan kulit lanjutan. Kelainan kulit yang berlanjut inilah yang meninggalkan masalah. Pada kulit akan timbul semacam kerak, kulit berwarna lebih gelap, disusul infeksi. Infeksi muncul sebagai bisul-bisul alit. Setelah bisul sembuh, biasanya menyisakan bintik hitam yang tak lenyap sepanjang hayat.
Pencegahan paling gampang, ya jangan gampang digigit nyamuk atau serangga. Selama tidur perlu berpakaian berlengan dan tungkai panjang, atau tidur berkelambu, agar kulit terlindung dari gigitan nyamuk. Bila pergi ke kebun, berkemah, atau ke tempat-tempat yang banyak serangga, lindungi kulit dengan membaluri obat antiserangga. Bisa dipilih minyak serai, selain minyak kayu putih, atau obat gosok.
Bila gatal datang juga, biasakan menahan diri tidak menggaruk. Langsung oleskan minyak kayu putih atau pereda gatal lainnya. Selama tidur malam, untuk menghindari efek garukan tak sadar, biasakan memakai sarung tangan. Jadi, kalau tangan menggaruk juga, kulit tak langsung tergores oleh kuku.
Jika prurigo sudah menyerang, perlu diberikan obat oles (krim, bedak) yang mengandung obat golongan kortikosteroid. Bila prurigonya terancam infeksi, perlu ditambahkan antibiotik pereda infeksi, supaya bisul tak tumbuh. Gatal prurigo bukan main centilnya, sampai penderita perlu minum obat antigatal. Pada kasus prurigo hebat, pasien bahkan perlu minum obat penenang supaya bisa tidur lelap.
Prurigo jelas harus segera dijinakkan, terlebih bila menimpa anak perempuan. Kalau dibiarkan infeksi, akan membuat kulit tungkai perempuan "bertabur bintang"!
(Sumber: Intisari)