Baru-baru ini The American Academy of Pediatrics mengeluarkan rekomendasi baru dalam pemberian vitamin D pada anak. Panduan baru itu menganjurkan agar sejak awal, anak diberi vitamin D sebanyak 400 IU setiap hari, jadi dua kali dari rekomendasi sebelumnya.
Pada kenyataannya, bayi, dan anak tidak memperoleh cukup vitamin D dari makanan saja. Baik anak yang tidak minum ASI, maupun yang minum ASI, terutama ASI eksklusif. ASI memang merupakan sumber nutrisi terbaik buat bayi tapi seringnya kandungan vitamin D-nya kurang. Karena, pada umumnya makanan para ibu juga kurang vitamin D yang berefek pada ASI.
Anak yang tidak memperolah cukup vitamin D berisiko terkena rakhitis, yaitu penyakit melunaknya tulang. Bila tidak buru-buru diatasi saat anak masih berusia muda, bisa menghambat pertumbuhan dan terjadi deformasi tulang.
Matahari merupakan sumber vitamin D terbaik. Berjemurlah di pagi hari tapi jangan berlebihan agar terhindar dari risiko terkena kanker kulit. Sumber vitamin D dari matahari memang berisiko terkena polusi udara dan terhalang sintesanya bila kita menggunakan tabir surya atau pun pakaian.
Jumlah makanan yang mengandung vitamin D juga terbatas, paling-paling ada di susu bervitamin D, sereal, serta ikan berlemak seperti tuna, mackarel, dan sarden. Karena itu, bagi anak yang tidak diberi ASI dan yang sudah lebih besar yang dalam sehari mengonsumsi kurang dari 240 ml (1 gelas) susu formula bervitamin D, perlu diberi suplemen vitamin D.
Vitamin D yang cukup selama masa kanak-kanak juga bisa menurunkan risiko terkena osteoporosis di kemudian hari. Pada dewasa, ada bukti baru bahwa vitmain D ternyata ikut berperan dalam sistem pertahanan tubuh dan mencegah terjadinya infeksi, penyakit-penyakit autoimun, kanker, dan diabetes.O ya, ada cara mudah untuk memenuhi jumlah asupan tadi. Yakni berjemur atau terpapar sinar matahari sebelum pukul 09.00 atau setelah pukul 16.00 selama 15 - 20 menit, tiga atau empat kali seminggu. Gampang 'kan?