Intisari-Online.com - Masa pensiun selayaknya menghadirkan ketenangan, kesenangan, dan kedamaian. Sebab itu, banyak yang sudah jauh hari merancang masa pensiun sebaik mungkin, agar jika saatnya tiba seperti hidup di surga. Namun, bagaimana caranya?Rata-rata, problem utama saat pensiun adalah menurunnya penghasilan. Uang pensiun bulanan tidak sebesar gaji yang mereka terima saat masih aktif bekerja. Sehingga, ini mempersempit gerak, bahkan membuat masa pensiun justru memunculkan tekanan lebih berat.Masyarakat negara maju lebih agresif dan berani dalam merancang pensiun. Mereka tak segan meninggalkan negara dan tinggal di daerah yang biaya hidupnya lebih rendah. Target mereka, bagaimana hidup di bawah 40 dollar AS (sekitar Rp 451 ribu) per hari.Dengan iaya serendah itu, mereka secara ekonomi bisa lebih bebas dan longgar bergerak maupun menikmati sisa hidup. Sebaliknya, jika bertahan di negaranya sendiri, mereka justru akan mendapatkan tekanan ekonomi yang ujung-ujungnya membuat masa pensiun mereka justru bisa seperti neraka.Sebab itu, di Inggris kini muncul komunitas pensiunan. Mereka saling berbagi pendapat dan pandangan untuk merancang masa pensiun. Biasanya, mereka akan pindah secara berkelompok ke negara tropis yang biayanya lebih murah. Dengan tetap berkelompok, membentuk komunitas baru di negara tropis, mereka tak akan terlalu bermasalah soal bahasa.Amerika Selatan dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia, menjadi tempat yang aling banyak menjadi tujuan mereka. Selain alamnya masih bagus dan hangat, yang paling utama biaya hidup sangat murah."Sangat mudah memangkas biaya hidup sampai setengahnya," jelas Dan Prescher, editor majalah Living.Menurut Prescher, ia mencatat mulai banyak para pensiunan dari Amerika Utara dan Eropa Utara yang pindah ke daerah tropis. Menurutnya, pada event Living’s Fast Track Your Retirement, terungkap jumlah pensiunan yang pindah ke daerah tropis meningkat dua kali lipat dalam lima tahun terakhir.Menurut Institute of Public Policy Research, lebih dari sejuta orang Inggris kini tinggal di luar negeri. Jumlah ini meningkat dua kali lipat dibanding pada 2006. Sementara, lebih dari 3 juta orang Amerika Serikat dan Kanada yang sudah pensiun juga pilih pindah ke luar negeri.Bagi orang Eropa dan Amerika, daerah tropis memang seperti surga. Biaya hidup sangat murah. Alternatif wisata sangat banyak. Oksigen masih tebal.Cuma, kata Prescher, mereka yang ingin pindah harus menyadari bahwa rata-rata infrastruktur di negara berkembang masih minim. Fasilitas kesehatan, transportasi, dan perhubungan sering masih di bawah standar. Maka, jika ingin menghabiskan masa pensiun di negara berkembang, mereka harus mengubah mindset agar benar-benar bisa menikmati daerah barunya dengan apa adanya."Sebab itu, tak ada jaminan Anda akan langsung suka dan mendapatkan kenikmatan di daerah baru dalam enam atau 12 bulan," jelas Prescher.Meski begitu, kecenderungannya makin banyak para pensiunan yang mencari surga di daerah tropis. Pola ini mungkin bisa ditiru orang Indonesia. Meski tak harus ke luar negeri, tapi para pensiunan juga bisa meninggalkan hiruk-pikuk kota untuk tinggal di pedesaan yang lebih tenan, sehat, segar, murah, dan damai. Sehingga, masa pensiun bisa dinikmati seperti berada dalam surga.Sumber: BBC