Batik Oey Soe Tjoen (3): Harapan dari Jepang

Moh Habib Asyhad

Editor

Batik Oey Soe Tjoen (3): Harapan dari Jepang
Batik Oey Soe Tjoen (3): Harapan dari Jepang

Intisari-Online.com -Awal tahun 2000 menjadi periode paling suram dalam riwat hidup batik Oey Soe Tjoen. Peristwa Bom Bali I di Bali secara tidak langsung mematikan pasar batik Oey. Maklum, kebanyakan besar, pelanggan batik Oey berasal dari luar negeri. Itu belum diperparah dengan harga minyak yang terus naik, sehingga menjadikan batik legendaris ini untuk sementara “tutup”.

Sampai akhirnya...

Suatu siang pada 2004, datanglah seorang pecinta batik dari Jepang. Tidak ada angin tidak hujan, tiba-tiba ia memesan motif batik hokokai yang didapatnya dari salah satu museum di Jepang. Syaratnya hanya satu, tak peduli bagus atau tidak, harus menyerupai motif yang dia inginkan.

Widianti yang waktu itu memang sedang senggang, menyanggupi permintaan si orang Jepang yang baik hati. Seperti sebelum-sebelumnya, Widianti meminta tenggat pembuatan kurang lebih tiga tahun. Orang Jepang tersebut menyanggupi.

Belum sampai setahun, si orang Jepang sudah datang lagi. Padahal batik yang dia pesan sama sekali belum beres. Tapi bukan itu tujuan si Jepang, kali ini lebih gila, dia membawa empat motif yang berbeda satu dengan yang lain. Karena merasa terlalu berat, maka Widianti hanya menyanggupi dua saja dari motif-motif tersebut. Lagi-lagi pecinta batik dari Jepang itu menyanggupi.

Di tengah usahanya menyanggupi pesanan dari Jepang, datanglah tamu dari Singapura. Karena tertarik dengan gambar karya Widianti, sang tamu ikut-ikutan memesan apa yang dipesan oleh si orang Jepang. Entah karena apa, setelah itu tiba-tiba banyak pecinta batik yang memesan batik Oey. Akhirnya, pada tahun itu juga, Widianti memberanikan diri untuk kembali membuka permintaan pembuatan batik.