Korupsi ‘Kok’ Sebagai Budaya (1)

Ade Sulaeman

Editor

Korupsi ?Kok? Sebagai Budaya (1)
Korupsi ?Kok? Sebagai Budaya (1)

Intisari-Online.com - Ungkapan seperti "Korupsi sudah menjadi budaya di masyarakat" atau "Budaya korupsi sukar diberantas" sudah sering kita dengar. Baik di media televisi atau media cetak. Alih-alih memakai terminologi kejahatan korupsi atau penyakit korupsi.

Dalam bahasa Inggris, civilization dan civilized hendak menyatakan bahwa seseorang atau sekelompok orang telah mencapai tingkat peradaban dan pendidikan. la atau mereka menjadi semakin baik dalam berkelakuan harian, berpola pikir, dan bersikap.

Dengan begitu, kata "budaya" yang disandingkan dengan "korupsi" hendak menyatakan bahwa korupsi adalah sebuah tindakan, sikap, dan pikiran maju dan terpuji yang seharusnya dicapai oleh sebuah masyarakat.

Oleh karenanya, masyarakat yang korupsi tersebut pantas disebut masyarakat berbudaya atau beradab karena telah mencapai tingkat peradaban tinggi. Hal ini sejajar konotasinya dengan budaya gotong royong, budaya antre memasuki bis, budaya membaca, budaya mendahulukan orang cacat dan lanjut usia, atau budaya agraris.

Budaya adalah sebuah gaya hidup masyarakat maju dan terpelajar dengan menjunjung tinggi norma-norma etika. Di negara-negara tertentu, membayar pajak secara jujur telah menjadi budaya. Sikap tersebut adalah sikap terpuji.

Dalam masyarakat yang berbudaya korupsi, maka bekerja, sekolah, menyelesaikan masalah, merencanakan, bikin surat izin mengemudi, kartu penduduk, selalu melakukannya dan menyelesaikannya dengan cara berkorupsi. (Rasid Rachman, teolog dan pemerhati bahasa / Intisari edisi Februari 2011)

(bersambung)