Intisari-Online.com - Baru-baru ini, bertepatan dengan upacara pembukaan Olimpiade Musim Dingin 2014, polisi rusia menangkap 14 aktivis hak gay di Moskow dan St. Petersburg. Mereka menuntut agar undang-undang yang melarang gay dihilangkan.
Rusia menjadi salah satu negara yang dengan lantang menolak gay. Hampir tiga perempat warga Rusia percaya bahwa homoseksualitas secara moral tidak dapat diterima. Persentasenya bahkan jauh melebihi pandangan terhadap isu-isu panas lain semisal perselingkuhan, perjudian, dan aborsi.
Angka-angka tidak muncul sembarangan. Pew Research Center, sebuah lembaga survei di Rusia, telah melakukan survei moral terhadap orang-orang Rusia pada musim semi 2013 lalu. Hasil survei itu lantas terejawantahkan dalam undang-undang oleh Badan Pemerintahan Rusia, Duma.
Selain melarang pernikahan antar jenis, undang-undang ini juga melarang pasangan sesama jenis asing mengadopsi anak-anak Rusia. Represi terhadap aktivis gay juga terus digalakkan, salah satunya adalah ketika polisi berhasil menangkap 14 aktivis pro gay di St Petersburg dan Moskow berbarengan dengan dibukangnya Olimpiade Musim Dingin 2014 seperti yang disebukan di paragraf pertama.
Cerita panjang anti-gay Rusia
Tatiana Mikhailova, instruktur senior Studi Rusia di University of Colorado, mengatakan, memahami sentimen gay di Rusia harus runut dari belakang, jauh ketika Rusia masih dibawah kekuasaan Tsar. Kemudian Revolusi 17 Oktober 1917 yang menjadi tonggak paradigma masyarakat Rusia modern.
Cara pandang gender yang tradisionil juga ikut mengarah ke ideologi revolusioner, seiring dengan anggapan bahwa struktur dalam keluarga—lazim disebut feodal—menjadi barang yang usang.
Sebelum revolusi, Tsar Rusia hampir tidak pernah ramah dengan kaum gay. Pada 1716, homoseksualitas di kalangan militer mendapat hukuman cambuk, perkosaan, dan kerja paksa. Dan Healy, profesor sejarah Rusia di Oxford University, menyebut, larangan itu kembali dipertegas oleh Czar Nicholas I untuk warga sipil pada 1835.
Cara pandang diskriminatif itu ternyata tidak menular di kalangan kaum revolusioner Bolsheviks. Hampir semua hukum ciptaan Tsar dibuang dan hukum baru dibuat, termasuk pandangannya terhadap gay yang tidak lagi diskriminatif. Healy beranggapan, kebijakan ini mungkin meniru kebijakan Revolusi Perancis yang mereduksi peran agama.
Tapi sayang, Joseph Stalin tidak sejiwa sebangun dengan Lenin si pencetus Revolusi Bolsheviks 1917. Stalin yang mengkonsolidasikan kekuasaannya pada 1920 menyusun sebuah undang-undang baru yang akan menghukum kaum homoseksual. Tahun 1943, homoseksual di Rusia ilegal dengan hukuman minila tiga hingga lima tahun penjara. (LiveScience)
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR