Botoks Sembuhkan Migrain Kronis

J.B. Satrio Nugroho

Editor

Botoks Sembuhkan Migrain Kronis
Botoks Sembuhkan Migrain Kronis

Intisari-Online.com - Peneliti dari University of Granada, Spanyol, telah menemukan bukti bahwa menyuntikkan bius lokal atau botulinum toxin (botoks) di beberapa titik yang disebut “trigger point” atau titik pemicu di daerah kulit kepala dan otot leher mengurangi frekuensi terserang migrain bagi penderitanya. Peneliti ini sudah mengidentifikasi lokasi titik picu tersebut dan hubungannya dengan jangka waktu serta tingkat keparahan sakit kepala sebelah ini.

Sakit kepala itu umum terjadi. Saat ini, lebih dari 100 jenis sakit kepala. Salah satu yang sering menyerang adalah migrain, yang menyerang 10%-12% dari total populasi. “Pusing sebelah” ini lebih sering menyerang wanita daripada pria. Kalau sudah kronis, yaitu menyerang lebih dari 15 hari sebulan, bisa mengurangi kualitas hidup penderitanya.

Titik picu

Penelitian ini dilakukan oleh Juan Miguel Garcia leiva, dan dikoordinasi oleh Profesor Elena Pita Calandre. Pada penelitian pertama, peneliti memeriksa kesehatan para pasien migrain, yang menjadi subjek penelitian tersebut. Kemudian, menganalisis letak titik picu, yaitu posisi sakit kepala itu berasal. Yang menarik, ternyata 95% dari penderita migrain mempunyai titik picu, dan untuk subjek yang sehat, jumlahnya hanya 25%. Posisi yang paling umum adalah di bagian anterior temporal (kepala bagian samping) dan suboccipital region (bagian tengkuk). Peneliti juga menemukan korelasi antara letak titik picu, jumlah serangan tiap bulan, dan durasi sakit setiap tahunnya.

Kemudian dilakukan studi lanjutan yang melibatkan 52 penderita migrain. Selama tiga bulan, pasien mendapatkan suntikan sebanyak 1 mL ke titik picu masing-masing pasien. Setelah terapi suntikan tersebut, 18% dari pasien mengalami penurunan frekuensi serangan migrain sebanyak 50%. Dua pertiga dari total pasien merasa jauh lebih baik setelah terapi suntikan tersebut.

Sedikit efek sampingan

Pada penelitian ketiga, 25 pasien migrain kronis disuntik dengan 12,5 dosis botoks ke titik picu. Setiap titik disuntik dua kali sepanjang masa penelitian 3 bulan. Frekuensi, intensitas, dan skala serangan migrain dicatat sebulan sebelum dan sebulan setelah terapi, untuk mendapatkan data pembanding. Selain itu, efek sampingan percobaan itu juga dicatat.

Setelah penyuntikan, serangan migrain berkurang secara signifikan di pekan ke-20. Hasil yang sama juga didapat: untuk terapi analgesik atau pereda sakit, serangan migrain juga berkurang, namun tidak terlalu signifikan.

Garcia Leiva mengatakan bahwa terapi ini, “Bukanlah pilihan utama untuk penderita migrain, melainkan diaplikasikan hanya kepada pasien yang menderita migrain kronis, yang sudah mencoba beberapa terapi namun tidak terlihat hasilnya. Juga, tepat diaplikasikan kepada penderita yang ototnya merespons negatif dengan terapi analgesik.“ Baru-baru ini Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat sudah menyetujui penggunaan botulinum toxin sebagai obat untuk migrain kronis. (sciencedaily.com)