Menepis Hepatitis dengan Kenanga

Agus Surono

Editor

Menepis Hepatitis dengan Kenanga
Menepis Hepatitis dengan Kenanga

Intisari-Online.com - Pencegahan hepatitis yang paling populer adalah dengan vaksinasi. Sedangkan pengobatannya yang paling efektif masih terus diupayakan. Di antaranya dengan memanfaatkan tanaman berkhasiat obat, misalnya kenanga, mengkudu, dan meniran.

Hepatitis dapat menyerang segala lapisan masyarakat, dari konglomerat yang tinggalnya di lingkungan bersih dan nyaman hingga kaum melarat di lingkungan kumuh. Penanggulangan penyakit yang berupa kelainan fungsi organ hati ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu istirahat total disertai diet ketat. Tetapi cara ini tidak menjamin kesembuhan. Cara lain, menggunakan obat-obatan. Namun, sampai saat ini pun belum ada obat yang mempunyai khasiat memperbaiki nekrosis sel hati dan mempersingkat perjalanan penyakit hati akut ini.

Memang ada beberapa jenis obat sintetis yang mempunyai aktivitas sebagai antiviral (pembasmi virus), anti-ploriferatif, dan khasiat immunomodulasi (penyesuaian respons imun hingga tingkatan yang dikehendaki). Sayangnya, setiap kali digunakan akan timbul berbagai dampak negatif (toksik) pada si penderita.

Para pakar farmasi, biologi, dan kimia pun mencari obat hepatitis baru, terutama dari tumbuh-tumbuhan (fithohepatoprotektor). Materinya dapat berupa bahan segar, simplisia (bahan yang dikeringkan, baik tunggal maupun campuran), ekstrak (sari) dan senyawa hasil isolasi dari tumbuh-tumbuhan yang sekarang dipakai sebagai obat tradisional untuk penyakit hati.

Memperkuat sistem kekebaian

Dalam beberapa dasawarsa belakangan, pengobatan penyakit hati dengan tanaman baru berupa glycyrrhizin, yaitu ekstrak akar manis atau licorice root (Glycyrrhizaglabra). Dalam akar ini terkandung succus lyquiritae, suatu bahan yang mengandung senyawa glikosida. Bahan ini biasanya dipakai dalam sediaan obat batuk hitam (OBH) atau obat asli Cina Syau Cai Fu Tan. Namun sekarang, beberapa obat baru untuk penyakit hati telah beredar dan produk tersebut mengandung tumbuhan Cardnus mahanus, jamur Ganoderma applanatum, dan G. lucidum.

Sayangnya, C. marianus atau Silymarin marianum tidak dijumpai di Indonesia. Tanaman tersebut banyak terdapat di daerah Mediterania, Inggris, dan Korea. Dua jenis dari suku Cardnus ini, berdasarkan hasil penelusuran pustaka diketahui juga terdapat di Indonesia, yaitu C. crispus dan C. erasmus. Sayangnya lagi, tidak ada informasi lebih lanjut tentang nama daerahnya (lokal).

Jamur Ganoderma applanatum dan G. lucidum yang merupakan bahan obat tradisional Cina dan Jepang ini termasuk dalam famili Polyporaceae (Basidomycetes). G.applanatum dapat dijumpai menempel pada batang pohon mati di hutan-hutan. Tanaman ini termasuk golongan pengurai lignin. Sosoknya ditandai dengan warna cokelat di bagian atas dan putih keabu-abuan di bagian bawahnya. Jamur ini cukup keras kalau dipegang, dan berbentuk setengah lingkaran. Pada kondisi yang cocok jamur ini dapat tumbuh sampai diameter 0,1 - 0,5 m atau lebih.

Sedangkan G. lucidum merupakan pengurai selulosa. Jamur berwarna putih agak kemerahan ini mempunyai aroma agak wangi. Bentuknya payung dengan ukuran 2 - 10 cm, tinggi 2 - 5 cm. Tumbuhnya di rumpun-rumpun bambu di sekitar desa maupun di pinggir hutan.

Menurut laporan hasil riset para pakar di Jepang dan Cina, ekstrak atau rebusan kedua jenis jamur ini bermanfaat untuk sistem kekebalan tubuh. Laporan lain menyatakan, kedua jamur tersebut mengandung senyawa polisakarida beta-D-glucans dengan rantai panjang, sekitar 8 satuan, dan mempunyai khasiat anti tumor. Begitu pula hasil penelitian untuk desertasi penulis terhadap G. applanatum dari Pulau Peucang, Ujung Kulon, beberapa senyawa baru dari golongan asam polioksigenasi tetrasiklik triterpen yang dinamakan Asam Applanoksidat A-H menunjukkan aktivitas terhadap Epstein-Barr Virus Early Antigen (EBV-EA), yakni virus aktif yang terbentuk dari sel ragi yang dirangsang bahan pengaktif sel (tetradekanoilforbol-0-13 asetat).

Kedua jenis jamur itu dapat memperkuat sistem imunitas atau kekebalan tubuh seseorang dan mempertinggi kemampuan memerangi kanker, menambah keseimbangan organ-organ dalam tubuh. Karena itu, keduanya sangat baik untuk mengobati alergi, asma, hepatitis, hepatitis B laten, TBC, rasa nyeri, menurunkan panas, memperbaiki pencernaan, mencairkan dahak, dan secara umum baik untuk paru-paru.

Seluruh bagian jamur bisa dijadikan obat hepatitis. Caranya, dengan menjadikannya serbuk seperti puyer. Untuk sekali minum diperlukan 500 mg serbuk jamur ini. Cara meminumnya seperti meminum puyer biasa atau bersamaan dengan makanan dan buah-buahan. Obat ini relatif aman dan tanpa efek sampingan.

Air rebusan meniran

Hasil penelitian di laboratorium Eisei di Tsukuba, Jepang, terhadap beberapa tumbuhan obat Indonesia (TOI) menunjukkan indikasi reaksi pengendalian gangguan penyakit hati. Empat di antaranya menunjukkan reaksi pengendalian kuat, yakni meniran (Phyllanthus niruri), kenanga (Canangium odoratum), mengkudu (Morinda citrifolia), dan galuaju (Bixa orellana). Hasil penelitian itu juga menunjukkan, jahe (Zingiber officinalis), tembelekan (Lantana camara), kayu putih (Malaleuca leucodendron), dan sindur (Sindoraglabra), yang mengandung minyak asiri dengan komponen alfa-kariofilena, memperlihatkan aktivitas pengendalian terhadap gangguan hati yang diberikan karbontetraklorida (CCI4).

Menurut Quisumbing dan Ogata, meniran telah lama digunakan dalam pengobatan penyakit kuning. Tanaman ini merupakan terna semusim yang tumbuh liar. Biasanya tumbuh di hutan, ladang, semak-semak, sepanjang jalan dan tanah berumput, tanah lembap, serta bebatuan, pada ketinggian kira-kira 1 - 1.000 m dpl. Penyebarannya di daerah tropis, Cina, Pulau Solomon, dan India.

Dari hasil pemeriksaan ekstrak alkohol diketahui, tanaman ini antara lain mengandung sekurinin (filantin). Menurut Mulchandani, zat ini merupakan alkaloid pahit yaitu 4-metoksi-norsekurinin. Sedangkan Gupta melaporkan adanya kandungan senyawa glukosida, senyawa yang terdiri atas gugus gula dan bukan gula dan disebut fisetin-4-O-glukosida. Kandungan lainnya berupa nirtetralin, nirantin, hipofilantin, fitetralin, linteralin, biester asam ftalat (filester) yang terdapat bersama dengan senyawa steroida. Dari isolasi ekstrak heksana yang dilakukan oleh Satyanarayana ditemukan suatu sekolignan yaitu seko-4-hidroksilinteralin dan dua hidrosilignan (seko-isolarisiresinol-trimetrileter dan hidroksi nirantin). Di samping itu meniran juga mengandung saponin, kalium (yang menyebabkan daya diuretis), damar, dan zat samak.

Bunga kenanga dan buah mengkudu

Kenanga yang merupakan tanaman sejawat meniran pengusir hepatitis termasuk tumbuhan berbentuk pohon. Tumbuhnya tidak pernah berkelompok, tetapi sering ditemukan bersama individu-individu lain dalam jumlah agak banyak dalam satu hutan. Bunga merupakan bagian tanaman yang digunakan untuk obat hepatitis.

Menurut Burkill dan Heyne, bunga kenanga dikenal karena minyak asirinya yang disebut dengan minyak kenanga atau minyak ylang-ylang. Komponen penyusun minyak asirinya dilaporkan oleh Perry antara lain p-kresol, l-linalool, geraniol, benzil akholol, eugenol, isoeugenol, metileugenol. Tumbuhan ini juga mengandung asam organik seperti format, asetat, valerat, benzoat, salisilat, dan ses-kuiterpenoida serta alkaloida.

Dalam simposium ke-2 mengenai tumbuhan obat Indonesia di Jepang, Ogata melaporkan, bunga kenanga yang mempunyai kandungan alfa-kariofilena memberikan reaksi pengendalian gangguan hati yang kuat. Obat dari bunga kenanga ini tidak mempunyai dampak samping dan relative aman.

Tanaman obat hepatitis lainnya adalah mengkudu. Tumbuhan ini berupa pohon kecil, berdaun lonjong mengkilat, dan berdaging. Buahnya berkutil-kutil, berbiji banyak, dan berwarna hijau kekuningan dengan bau tidak sedap. Pohon mengkudu tumbuh di daerah rendah sampai pada ketinggian 1.000 dpl. Tumbuhan ini tumbuh liar di hutan-hutan dan halaman rumah.

Kandungan kimia pada tumbuhan ini antara lain metilasetil ester, asam kapril, morinda diol, soranyidiol, morindin, dan morindon. Beberapa kepustakaan menyatakan adanya morindin dalam kulit akar dan kulit batang. Para pakar juga menyatakan, morindin merupakan suatu glikosida turunan antrakinon dengan struktur formula C26H28O14, senyawa yang mengalami hidrolisis menjadi morindon dan gugus gula. Namun, belum ada kesamaan pendapat antara peneliti satu dan lainnya mengenai morindin.

Bagian yang bisa digunakan untuk obat hepatitis adalah kulit batang dan buahnya.

Berikut ini beberapa resep untuk mengatasi hepatitis.

  1. Meniran

    Seluruh bagian tumbuhan ini bisa digunakan sebagai obat hepatitis. Caranya, rebus 1 g meniran kering dalam 1 gelas air. Perebusan dilakukan hingga airnya tinggal setengahnya. Air rebusan diminum sekali habis. Dalam sehari, obat alami ini cuma boleh diminum maksimal 3x.

  2. Kenanga

    Ambil 2 - 3 bunga kenanga, lalu hancurkan dan seduh dengan 1 gelas air panas. Setelah dingin, saring, dan minum sekaligus. Dalam sehari hanya boleh diulangi 3x.

  3. Mengkudu

    Bagian yang bisa digunakan adalah kulit batang dan buahnya. Bila dipilih kulit batang, ambil 1 g kulit batang kering, lalu rebus dengan 1 gelas air sampai tinggal separuhnya. Setelah dingin, saring dan minum. Dosisnya 3x sehari.

    Kalau yang digunakan buahnya, ambil 1 g buah basah, lalu buat bubur dan seduh dengan 1 gelas air panas. Hasilnya saring untuk diminum. Bisa diulangi 3x sehari.

Catatan: Orang yang memiliki kelainan fungsi jantung dan tekanan darah rendah, dilarang menggunakan kulit batang atau buah mengkudu sebagai obat, karena bisa menimbulkan diare dan meningkatkan denyut jantung. (Tanaman Berkhasiat 2)