Waspadai Reaksi Alergi Obat

Irma Tarida,dr

Editor

Waspadai Reaksi Alergi Obat
Waspadai Reaksi Alergi Obat

Intisari-Online.com - Dewasa ini, dengan semakin berkembangnya penelitian tentang obat-obatan, jenis obat jadi makin beraneka ragam. Ketersediaan obat makin melimpah dan untuk mendapatkannya juga makin mudah, karena jumlah apotek makin banyak. Hampir di setiap jalan raya, setidaknya ada 2 - 3 apotek. Bahkan semakin mendekati fasilitas kesehatan, misalnya klinik, rumah sakit, dan tempat praktik dokter, makin padat pula jumlah apotek di wilayah tersebut. Terlebih tidak selalu harus membawa resep untuk membeli obat. Hanya obat- obat tertentu yang mengharuskan menggunakan resep misalnya obat-obatan yang tergolong psikotropika (misalnya, obat penenang dan obat tidur).

Namun, seiring dengan mudahnya memperoleh obat, semakin sering ditemui kasus- kasus alergi akibat reaksi simpang obat. Mulai dari yang ringan, misalnya gatal-gatal dan biduran sampai yang berat mengancam nyawa, misalnya Anaphylactic Shock dan Steven Johnson Syndrome. Reaksi alergi yang ringan, bisa diterapi dengan obat antialergi oral dan pasien bisa berobat jalan. Reaksi yang berat, harus rawat inap dalam jangka waktu beberapa hari, minggu, atau bahkan bulan yang pada akhirnya menghabiskan biaya yang jauh lebih besar daripada penyakit awalnya.

Contoh macam-macam manifestasi alergi obat yang sering terjadi:

  • Urticaria

    Orang awam menyebutnya biduran. Gejala klinisnya ialah terjadi pembengkakan setempat, berwarna pucat kemerahan, meninggi dibandingkan dengan kulit sekelilingnya. Keluhan dari penderita adalah rasa gatal, tersengat, atau tertusuk.

  • Angioedema

    Jenis urtikaria yang mengenai lapisan kulit yang lebih dalam, yaitu di subkutis dan di submukosa. Saluran napas, saluran cerna, dan organ kardiovaskular bisa terkena. Gejala klinisnya adalah sesak dan pembengkakan di bibir, sekitar mata.

  • Anaphylactic Shock

    Adalah manifestasi alergi yang berat dan mengancam nyawa akibat angioedema yang hebat. Kejadiannya dalam hitungan menit sampai dengan jam. Pada saluran napas, gejala klinisnya adalah batuk, suara serak, timbul suara napas mengi(wheezing),bisa juga stridor, dan sesak yang berat. Pada saluran cerna, gejala yang dialami penderita adalah nyeri perut, diare, dan muntah. Pada sistem kardiovaskular bisa terjadi serangan jantung, gangguan irama jantung dan henti jantung. Penderita bisa syok dan hilang kesadaran.

    Fixed Drug Eruption atau Exantema Fixtum

    Adalah kelainan kulit yang terjadi akibat reaksi alergi obat yang terjadi berulang-ulang pada tempat yang sama. Saat serangan akut, biasanya terjadi kemerahan di kulit dan timbul gelembung berisi cairan pada lokasi tertentu. Lokasi tersering adalah pada sekitar mulut, bibir dan sekitar organ genital. Sembuh dengan meninggalkan bekas kulit kehitaman.

  • Steven Johnson Syndrome (SJS)

    Sindrom yang mengenai kulit, selaput lendir pada lubang alami tubuh dan mata dengan keadaan umum penderita yang ringan sampai berat. Penyebab lebih dari 50% kasus SJS adalah karena alergi obat. Mulainya penyakit, akut dan disertai gejala prodromal berupa demam tinggi, malaise, nyeri kepala, batuk, pilek, nyeri tenggorok. Setelah itu timbul erupsi kulit berupa kemerahan dan gelembung berisi cairan berbagai macam ukuran yang meluas ke seluruh tubuh. Gelembung tersebut cepat pecah sehingga terjadi erosi yang luas di kulit. Pada mukosa mulut dan alat genital juga terjadi hal yang sama seperti pada kulit. Kelainan pada mukosa mulut dapat meluas ke saluran makanan dan saluran napas, akibatnya penderita mengeluh sesak dan sukar menelan. Pada mata, kelainan yang timbul adalah radang selaput konjunctiva mata yang bila terjadi infeksi sekunder, bisa menimbulkan kerusakan mata.

  • Toxic Epidermal Necrolytic (TEN)

    TEN adalah kasus allergi obat yang lebih berat daripada SJS. Sekitar 80-95% kasus disebabkan karena allergi obat. Gejalanya mirip dengan SJS namun pada TEN diikuti dengan lepasnya lapisan epidermis kulit yang menyeluruh sehingga mirip dengan penderita luka bakar yang luas. Kematian biasanya disebabkan oleh gagal sirkulasi, infeksi yang berat, perdarahan saluran cerna, dan gangguan sirkulasi paru.

Kemudahan untuk mendapatkan obat tanpa resep, harus kita sikapi dengan bijak. Terutama bila kita sendiri punya riwayat alergi atau ada riwayat alergi dalam keluarga. Riwayat alergi tersebut bisa berupa alergi makanan, debu, asma bronchiale, dermatitis atopi, rhinitis alergi, dan lain-lain. Individu yang punya riwayat alergi cenderung lebih sensitif terhadap bahan-bahan asing yang masuk ke tubuhnya. Riwayat alergi dalam keluarga merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya reaksi alergi pada seseorang.

Ada beberapa kiat untuk meminimalkan risiko berulangnya reaksi alergi terhadap obat:

  • Bila kita pernah mengalami reaksi alergi terhadap obat, catat kandungan obat tersebut dan simpan dalam dompet/ tas yang Anda bawa. Tujuannya bila dalam keadaan darurat dan Anda lupa nama kandungan obat tersebut, Anda bisa membuka catatan dan memberitahukan pada paramedis yang bertugas.
  • Bila Anda berobat ke dokter yang belum mengetahui riwayat alergi Anda sebelumnya, sebaiknya segera beritahukan pada dokter tersebut, supaya catatan riwayat alergi Anda tersimpan dalam rekam medis sehingga dalam tiap peresepan obat, obat tersebut bisa dihindari.
  • Bila Anda mengalami suatu gejala reaksi alergi obat, segera berobat ke dokter atau sarana kesehatan lainnya, dan jangan lupa untuk membawa semua obat yang sebelumnya Anda konsumsi. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi kemungkinan obat penyebab reaksi alergi dan untuk menjadi catatan Anda di kemudian harinya tentang riwayat alergi obat yang pernah Anda alami.
  • Bila Anda berniat membeli obat di apotek tanpa resep, sebaiknya beritahukan kepada pelayan apotek yang melayani Anda tentang jenis obat yang menyebabkan reaksi alergi pada Anda.
Semoga bermanfaat.

slide 8 to 10 of 6