Intisari-Online.com – Satu dari 10 orang di dunia berusia lebih dari enam puluh tahun. Di tahun 2050, proprosi ini menjadi berlipat ganda, yaitu 1 dari 5 orang. Demikian pernah dikatakan Kofi Annan, mantan Sekjen PBB.
Menurut data World Health Organization (WHO), lebih dari 8% populasi penduduk yang tinggal di wilayah Asia Tenggara saat ini adalah orang yang berusia 60 tahun ke atas. Kelompok usia ini diproyeksikan mencapai 12% di tahun 2025 dan diperkirakan akan melebihi angka 20% di tahun 2050. Sementara kelompok usia di atas 65 tahun ke atas berkembang pesat dan akan mencapai 20% dari populasi dunia pada tahun 2030.
Sementara, data di Indonesia pada tahun 2000 dengan jumlah 19 juta orang usia lanjut dengan usia harapan hidup 66,2 tahun. Tahun 2010 diperkirakan 23,9 (9,77%) juta orang usia lanjut dengan usia harapan hidupnya 67,4 tahun. Sedangkan pada tahun 2020 diperkirakan sebesar 28,8 juta (11,34%) dengan usia harapan hidup 71,1 tahun.
Dari data tersebut di atas, jelaslah bahwa semakin banyak orang tua yang hidup. Menua pada setiap orang itu pasti, lalu bagaimana agar menua yang sehat, aktif, dan mandiri?
Orang usia lanjut mengalami berbagai permasalahan, seperti penyakit penyerta antara lain diabetes, jantung, stroke, hipertensi; kondisi kognitif menurun yang ditandai dengan daya ingat berkurang, demensia; permasalahan ekonomi, karena sudah tidak bekerja lagi; masalah psikis (depresi, seperti kehilangan pasangan atau anak, merasa tidak dihormati; dipersepsikan tidak mandiri); dan malnutrisi.
“Malnutrisi tidak hanya dipahami sebagai status gizi kurang. Malnutrisi adalah suatu keadaan defisiensi, kelebihan, atau ketidakseimbangan protein, energi, dan zat gizi lain yang dapat menyebabkan gangguan fungsi pada tubuh,” jelas DR. Dr. Siti Setiati, Sp.PD, K-GER, Mepid, FINASIM.
Gangguan nutrisi meningkat sejalan dengan meningkatnya usia. Penelitian yang melibatkan 702 pasien rawat jalan di 10 rumah sakit di Indonesia menunjukkan, 56,7% berisiko malnutrisi dan 21,4% telah terbukti malnutrisi. Dalam penelitian yang sama, sebanyak 10,4% diklasifikasikan memiliki berat badan rendah dan memiliki indeks massa tubuh kurang dari 18,5 dan 22% pasien mengalami obesitas.
Malnutrisi pada usia lanjut disebabkan antara lain faktor kesehatan seperti diabetes, pengapuran, penggunaan gigi palsu, gangguan pencernaan; asupan makanan berkurang, karena indera perasa sudah kurang peka; faktor lingkungan, karena keadaan ekonomi atau karena tidak ada yang menemani makan; serta perubahan komposisi tubuh dan fungsi organ.
Usia yang semakin lanjut juga mempengaruhi pada pemilihan makanan. Penurunan sensasi rasa dan bau menyebabkan makanan jadi tidak menarik, berkurangnya fungsi gigi menyebabkan sulit mengunyah, intoleransi makanan menyebabkan banyak menolak makanan tertentu, konstipasi atau diare menjadi takut makan, atau urinasi yang tidak terkontrol atau terlalu sering menjadi keterbatasan cairan yang masuk. Kebutuhan nutrisi meningkat namun penyerapan nutrisi berkurang. Jarang bergerak, perubahan komposisi tubuh, sehingga makan lebih sedikit. Masalah keluarga atau sosial dapat menyebabkan makan terganggu. Serta penggunaan obat-obatan yang banyak menyebabkan mengubah sensasi rasa dan menurunkan selera makan. Kesemuanya itu yang menyebabkan malnutrisi pada orang usia lanjut.
Malnutrisi atau gangguan nutrisi tersebut akan berdampak negatif pada penyembuhan luka yang lama, massa otot menurun, meningkatkan risiko komplikasi dan infeksi, meningkatkan risiko morbiditas dan mortalitas, meningkatnya lama tinggal di rumah sakit, jumlah kunjungan tenaga kesehatan tinggi, meningkatnya biaya perawatan akibat komplikasi, dan menurunkan kualitas hidup.
Pada akhirnya gangguan nutrisi ini akan berdampak pada pengeluaran biaya karena si pasien harus menginap di rumah sakit. Biaya rata-rata setiap pasien yang kekurangan nutrisi, 65% lebih tinggi daripada pasien yang status nutrisinya lebih baik. Biaya ini hanya termasuk biaya ruangan inap, belum termasuk biaya obat-obatan dan biaya lainnya selama perawatan di rumah sakit. (*)