Intisari-Online.com - Bentuk tubuh seseorang pun dapat menentukan apakah ia berisiko penyakit jantung koroner. Mitos apalagi yang berhubungan dengan penyakit jantung koroner?
- Lingkar pinggang bisa mendeteksi PJK. Orang yang memiliki bentuk buah ‘apel’ dengan lemak berkumpul di perut atau bagian tengah badan lebih berisiko terkena penyakit jantung koroner dibandingkan dengan mereka yang bentuk tubuhnya seperti ‘pir’, besar di bagian bokong atau paha. Karena pada orang yang bertubuh ‘apel’ cenderung mengalami gangguan aliran darah ke seluruh tubuh yang menjadi tolok ukur kinerja jantung dalam memompa darah. Sebagai patokan, pinggang berukuran 90 cm sudah merupakan tanda bahaya bagi pria, sedangkan untuk perempuan risiko itu meningkat bila lingkar pinggangnya berukuran 80 cm.
- Omega-3, omega-6, dan omega-9 baik untuk kesehatan jantung. Telah terbukti bahwa omega-3, omega-6, dan omega-9 beperan dalam pertumbuhan dan perkembangan sel, serta mencegah timbulnya beberapa penyakit kronis. Usaha pencegahan ini difokuskan pada bagaimana menurunkan nilai serum kolesterol LDL. Caranya dengan mengurangi konsumsi total lemak terutama lemak jenuh serta kolesterol dan meningkatkan konsumsi PUFA.
- Setelah mengonsumsi obat golongan statin, boleh makan apa saja. Penggunaan obat statin (penurun kolesterol) tidak ebrarti membebaskan penderita PJK mengalami serangan berulang. Penderita harus tetap memperhatikan pola makan rendah lemak, cukup berolahraga, menghentikan rokok, serta mengontrol tekanan darah. Penelitian yang dilaporkan oleh R. Wang dkk, menyatakan penurunan kadar kolesterol LDL yang drastis selama penggunaan obat golongan statin setelah beberapa tahun hanya akan menurunkan risiko terkena serangan jantung sebesar 40%. Hal ini disebabkan karena penyakit tersebut sudah ada saat penyakit itu diobati.
- Mulut sehat, jantung pun sehat. Apa kaitan mulut dan jantung? Penelitian menunjukkan, mereka yang mengalami gangguan gusi berisiko terkena penyakit jantung koroner dan stroke. Menurut penelitian dari Belgia, besar kemungkinan karena saat mengunyah makanan ada bakteri yang masuk ke aliran darah dan mengakibatkan terjadinya peradangan. Perubahan sistem sirkulasi darah ini meningkatkan risiko terkena penyakit jantung koroner. (Menu Sehat)