Intisari-Online.com - Bagi yang aktif berolahraga atau gemar menonton pertandingan olahraga, pasti tidak asing dengan istilah terkilir atau keseleo. Dalam bahasa medisnya disebut dengan sprain. Kali ini, Matias Ibo, fisioterapis tim nasional PSSI memberi bocoran, apa sih sebenarnya sprain? Juga bagaimana mengatasinya.
Jika kita merasa nyeri di daerah tubuh kita yang cidera, atau peradangan serta peradangan di daerah tersebut, muncul warna merah atau biru di daerah nyeri sesaat setelah cidera, bisa dipastikan, kita telah terkena sprain.
Ligamen bekerja seperti tali yang menghubungkan dua persendian atau lebih. Tujuannya untuk menghindari pergerakan yang berlebihan dari sebuah sendi. Sprain adalah ligamen yang tertarik atau sobek yang biasanya terjadi di beberapa titik sebagai berikut; engkel, lutut, jari-jari, dan persendian yang lain.
Sprain mempunyai tiga kategori. Pertama adalah robek secara mikroskopik yakni saat ligamen tidak diregangkan rasa sakit masih ada. Kondisi ini memungkinkan ligamen masih berfungsi. Kedua robek setengah atau tidak total dari ligamen, dan ketiga adalah ligamen mengalami perobekan total. Pada fase ini, ligamen sudah tidak berfungsi sama sekali.
Tertariknya ligamen sebagian besar dikarenakan kelemahan struktur-struktur penunjang seperti otot yang lemah atau tidak terlatih, saraf yang lambat dalam memberi informasi terhadap sensor-sensor yang mengatur pergerakan sendi, dan sebagainya.
Jika kita cermat, sebenarnya kita bisa menghindarinya sedari dini. Salah satu yang paling umum adalah pemanasan yang cukup. Cara lain adalah tetap menjaga kekuatan otot, stabilitasi persendian, daya tahan tubuh, serta fleksibilitas tubuh. Jika memungkinkan, bisa juga menggunakan alat pelindung yang tepat dan sesuai dengan jenis olahraga yang kita geluti.
Namun, yang namanya cidera itu datangnya bisa kapan saja, termasuk juga sprain. Dalam sepakbola misalnya, walau kita sudah melakukan pemanasan yang cukup, tapi di tengah pertandingan tiba-tiba ada musuh yang menghantam kaki kita, maka itu akan lain ceritanya.
Jika sudah demikian, maka harus segera dilakukan penangangan yang tepat. Salah satunya menggunakan sistem RICE (Rest, Ice, Compression, and Elevation). Langkah selanjutnya adalah pelatihan stabilitas ringan. Latihan berat bisa dilakukan jiga kondisi ligamen sudah stabil dan melewati tahap dasar. Jika sudah sesuai prosedur, maka tahap pemulihan paling-paling hanya akan memakan waktu 2 - 8 pekan, tapi sekali lagi, pemulihan berbeda makna dengan sembuh total. (FourFourTwo Indonesia)