Intisari-Online.com - Pencurian naskah Unas oleh 70 guru di Lamongan berlangsung sangat sistematis. Semuanya terencana dengan baik, nyaris tanpa celah untuk diungkap jika saja tidak ada kelompok Joki Gosok yang menjual jawaban Unas, yang kemudian dibongkar pihak Kepolisian.
Melibatkan 40 guru SMA Negeri dan 30 SMA Swasta, termasuk di antaranya kepala sekolah, pencurian naskah memanfaatkan pola distribusi naskah Unas. Pola distribusi yang sama di seluruh Indonesia dilakukan dengan menaruh naskah Unas di Polres setempat, baru dua hari menjelang Unas naskah dikirim ke masing-masing Polsek.
Nah, proses distribusi naskah dari Polres Lamongan ke Polsek di bawahnya inilah yang dimanfaatkan para guru tersebut. Dalam perjalanan ke Polsek yang biasanya dikawal oleh satu Polisi, beberapa guru yang ikut mengambil naskah akan mengajak petugas Polisi tersebut makan siang, “sementara yang lainnya mengambil satu amplop naskah,” ujar Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol Setija Junianta.
Tentunya jika yang dilakukan di satu lokasi, hanya akan ada satu mata pelajaran Unas yang dicuri. Untuk itu, para guru tersebut melakukannya di enam titik yang berbeda, yaitu Lamongan Kota, Babat, Bluluk, Ngimbang, Kedungpring, dan Karang Binangun. Satu titik, satu mata pelajaran.
Trik pengambilan satu amplop tiap satu titik ini juga ditujukan untuk membuat pencurian tidak “tercium” petugas kepolisian.
Naskah tersebut kemudian dikumpulkan di dua posko, posko Bluluk dan Babat. Di dua posko inilah, dalam waktu singkat, puluhan guru yang sebelumnya sudah dipilih akan menjawab soal-soal dalam naskah Unas tersebut. Pengerjaan soal selesai pada Sabtu (12/4).
Jawaban dari setiap naskah Unas tersebut kemudian disimpan dalam bentuk CD dan flashdisk untuk kemudian diberikan kepada kepala-kepala sekolah di komplotan tersebut. Dari kepala sekolah, jawaban dibagikan kepada para guru yang terpilih untuk kemudian membagikannya kembali kepada para siswa.
Sistematisnya proses pencurian tersebut juga terlihat dari cara para guru tersebut menyembunyikan naskah Unas yang hilang. Saat naskah dihitung di Polsek maupun pada saat pelaksanaan Unas, para guru tersebut sudah kompak menjawab “lengkap”. Jelang dibagikan, naskah yang dicuri tersebut kemudian diselipkan di antara naskah soal lain.
“Ini sudah direncanakan sangat matang dan sistematis. Ini tidak hanya dilakukan tahun ini, tapi minimal sudah dua tahun. Sebab, tahun lalu ada peredaran kunci jawaban juga,” papar Setija.
Di Lamongan, kunci jawaban itu tidak diperjualkan belikan. Mereka menyebar kunci jawaban ini murni untuk prestasi. Itulah yang membuat Lamongan selalu berada dalam 10 besar nilai rata-rata Unas dalam skala nasional.
Hanya saja ada sosok Muhammad Nasrun Abid yang menjual kunci jawaban tersebut ke Joki Gosok yang kemudian tertangkap polisi dan akhirnya membongkar pencurian naskah Unas oleh 70 guru di Lamongan tersebut. Ulasan tentang Joki Gosok ada di tautan ini. (Surya.co.id)