Intisari-online.com - Joko Widodo atau Jokowi sewaktu kecil tumbuh sebagai anak yang pintar. Terbukti dia bisa masuk SMPN 1 Surakarta, SMP terfavorit di Solo kala itu. Sayang, dia gagal masuk SMA impiannya, yakni SMAN 1 Surakarta, yang juga SMA terfavorit di Solo saat itu. Jokowi "hanya" diterima di SMAN 6. Dia patah hati. Bahkan, Jokowi pernah mogok sekolah.
Hancur luluhnya perasaan Jokowi saat itu mungkin bisa dimengerti. Maklum kala itu SMAN 6 baru berdiri, belum teruji kualitasnya. Jokowi masuk sebagai angkatan pertama. Apa yang bisa dibanggakan, coba? Maka Jokowi pun mogok makan dan mengurung diri di kamar saking sedihnya. Ibu, bapak, dan pamannya membujuknya agar mau sekolah, tapi Jokowi bergeming.
Seperti dikisahkan Sujiatmi di buku Saya Sujiatmi, Ibunda Jokowi, dia sampai mengajukan tawaran kepada anak sulungnya itu untuk bersekolah di sebuah SMA di Sukoharjo. Setelah enam bulan akan dicoba pindah ke SMAN 1. Tapi Jokowi menolak.
Salah seorang kerabat Jokowi juga datang menawari untuk masuk ke SMAN 1 dengan uang pelicin. Lagi-lagi Jokowi menolaknya. Ini bukan sekadar perkara masuk ke SMA impian, tapi lebih ke sebuah penolakan dan kandasnya sebuah cita-cita.
Medio 1977 itu diakui Sujiatmi merupakan masa-masa yang berat baginya. Jokowi akhirnya mau masuk sekolah di SMAN 6, tapi ia lebih sering bolos dan mengunci diri di kamar. Bahkan Jokowi sampai sakit tipus segala.Sujiatmi pun pasrah. Dia hanya bisa menasihati Jokowi agar jangan patah semangat. Meski bersekolah di SMA yang tidak favorit, bukan berarti ia tidak akan bisa kuliah di universitas favorit kelak. Tentu saja, dengan syarat mesti rajin belajar.
Syukurlah, kala Jokowi menginjak kelas 2 dia dapat mengatasi kesedihannya. Dia mulai rajin belajar. Prestasi sebagai juara kelas mulai sering diraih. Ada satu tekad Jokowi kala itu, yakni harus mampu menembus universitas favoritnya, Universitas Gadjah Mada (UGM), Fakultas Kehutanan Jurusan Teknologi Kayu. Bukannya apa-apa, tumbuh dan berkembang di lingkungan usaha kayu dan bambu membuatnya jatuh cinta pada dunia perkayuan.
Tak ingin melihat anak kesayangannya “jatuh”lagi, maka Sujiatmi menyuruh Jokowi mengikuti bimbingan belajar selama sebulan sebelum tes masuk ke UGM. Hasilnya, Jokowi diterima. Dia menyelesaikan kuliah dalam waktu 4,5 tahun; salah satu mahasiswa yang lulus tercepat di Jurusan Teknologi Kayu Fakultas Kehutanan UGM.
Kisah-kisah Jokowi yang lain dan bagaimana karakter aslinya bisa dibaca di majalah Intisari edisi Juli 2014, "Mengungkap Karakter Asli Prabowo dan Jokowi."
Penulis | : | Yoyok Prima Maulana |
Editor | : | Yoyok Prima Maulana |
KOMENTAR