Tuduhan Kecurangan di TPS Hongkong Cuma Gara-Gara Pemilih Sensi

Tjahjo Widyasmoro

Editor

Tuduhan Kecurangan di TPS Hongkong Cuma Gara-Gara Pemilih Sensi
Tuduhan Kecurangan di TPS Hongkong Cuma Gara-Gara Pemilih Sensi

Ramai diberitakan media massa, suasana pencoblosan Pilpres 2014 di Victoria Park, Causeway Bay, Hongkong, sempat terjadi kericuhan. Pasalnya, panitia sudah menutup TPS pada pukul 17.00, padahal masih ada ratusan calon pemilih yang berdatangan dan mengantre. Walhasil, mereka gagal mencoblos.

Di tengah suasana seperti itu, sempat muncul protes lantaran salah seorang panitia dianggap berpihak kepada salah satu Capres. Konon, dugaan kecurangan ini berawal dari kata-kata salah seorang panitia yang menyatakan boleh mencoblos asalkan nomor satu. Kontan, kejadian ini menimbulkan protes dari calon pemilih yang memang sudah lelah mengantre. Bahkan mulai ada suara-suara bahwa pencoblosan Pilpres 2014 di Hongkong, sudah dikuasai oleh salah satu Capres.

Seorang WNI di Hongkong, Theresia N. Hapsari, menduga munculnya kekisruhan karena petugas panitia memang kurang siap dan kurang bisa mengatur waktu. Akibatnya sampai batas waktu yang ditentukan, calon pemilih masih banyak. Nah, di tengah suasana seperti itu, seorang panitia sempat menyatakan, “Satu boleh masuk, kalau dua tidak boleh masuk”.

Theresia menduga, kata-kata itu muncul dari petugas dan didengar pengantre di barisan depan. Dan rupanya kata-kata itu terus bergulir di dalam antrean. Celakanya, semakin bergulir malah semakin bias, sehingga artinya berubah menjadi pemilih untuk Capres nomor 1 boleh masuk, sedangkan pemilih Capres nomor 2 tidak boleh. “Padahal itu soal lajur antrian,” tutur dia dalam keterangan kepada teman-temannya di media sosial.

Dari sinilah muncul tuduhan TPS di Hongkong tidak netral. Terhadap tuduhan ini, KPU membantah. Meski belum mendapat informasi soal keriuchan di Hongkong, KPU menyatakan tidak berpihak kepada Capres manapun, seperti dikatakan komisioner KPU Ferry Kurnia Rizkyansah kepada Kompas.com pada Senin (7/7).