Advertorial
Intisari-Online.com—Saat kita bersikap dengan baik pun, bukan tidak mungkin orang lain masih menyakiti perasaan kita.
Akhirnya perasaan tersinggung dan menimbulkan sakit hati. Jika terus dipelihara, sakit hati bisa berkembang menjadi dendam.
Namun kita harus mengakui sebuah fakta. Bahwa selama kita hidup bersama dengan banyak orang, pergesekan karakter sangat mungkin terjadi.
Entah itu sakit hati dari pasangan, keluarga, sahabat, bahkan orang yang tidak dekat dengan kita sekalipun.
Berikut ini sembilan langkah agar kita mampu mengatasi sakit hati:
Baca juga:Beredar Foto Tentara Wanita Israel yang Diduga Tembak Mati Razan al Najjar, Ini Penjelasannya!
1. Kenali maksud dari perbuatan orang tersebut
Apakah perbuatannya memang disengaja atau tidak? Apakah saja salah paham mengenai apa yang dilakukan orang tersebut? Cobalah untuk mendengarkan hati nurani terlebih dahulu.
Sering kali kita langsung sakit hati karena kita tidak menggunakan logika kita dengan baik.
Pilihlah untuk merespon dengan pikiran terlebih dahulu ketimbang langsung bereaksi tanpa berpikir.
2. Lawan keinginan untuk melihat permasalahan hanya dari cara pandang sendiri
Jika kita ingin mengonfrontasi orang yang telah menyakiti kita, jangan hanya melihat dari cara pandang diri kita sendiri.
Ketika kita hanya bergantung pada perasaan kita sendiri, kita akan lebih mudah untuk sakit hati.Sebaiknya kita melihat dan menghargai cara pandang orang itu juga.
3. Jangan merasa diri paling benar
Inilah hal yang paling sering membuat kita sangat mudah sakit hati. Yaitu merasa diri kita yang paling benar. Ketika terjadi perbedaan pendapat, bukanlah hal yang bijak kalau kita berpikir ada yang benar dan ada yang salah.
Semua pendapat tidak pantas dinilai benar dan salahnya hanya dari cara pandang kita semata.
4. Sadari dan meminta maaflah untuk apapun yang mungkin kita lakukan sehingga situasi semakin memanas
Dalam sebuah konflik, tidak berarti hanya satu pihak saja yang salah. Terimalah kemungkinan bahwa kita juga mungkin bersalah dan berkontribusi dalam masalah itu.
5. Respons bukan reaksi
Reaksi merupakan tindakan langsung yang kita lakukan ketika menghadapi orang yang menyakiti kita. Tahukah kita apa yang paling penting dalam situasi ini?
Respons yang benar. Respons kita akan mempengaruhi aksi kita. Cara kita meresponi perilaku orang lain dan pilihan respon kita akan menentukan aksi kita.
6. Bangunlah pikiran untuk rekonsiliasi ketimbang melawan dan mengancam
Sikap ini penting untuk dikembangkan. Dibanding melawan dan mengancam orang yang menyakiti kita, lebih baik mempraktikan kasih dan penerimaan.
Hal ini bukan berarti kita setuju dengan apa yang dilakukan orang yang sudah menyakiti kita itu. Tapi kita memilih untuk meresponsnya dengan benar. Ketika kita berpikir untuk rekonsiliasi, kita akan merasa lebih lega.
7. Sadarilah mungkin kita adalah target kemarahan orang itu bukan penyebab kemarahannya
Hal ini sering terjadi. Kita menjadi korban kemarahan orang lain padahal kita tidak melakukan kesalahan padanya.
Nah, jika hal ini terjadi, bertanggungjawablah hanya untuk hal yang memang kita perbuat. Kita tidak layak menerima kemarahan orang yang bukan berasal dari kesalahan kita sendiri.
8. Buat batasan
Hal ini penting untuk membangun kekuatan mental pada diri sendiri. Kita memiliki hak untuk dihargai oleh orang lain.
Sadarilah bahwa sakit hati karena perlakukan orang tidak akan berguna sedikitpun bagi diri kita. Sayangi diri kita sendiri dengan menghindari sakit hati.
9. Sekalipun orang lain menyakiti kita, jangan sampai hal itu merusak kebahagiaan kita
Ingatlah, bahwa kita lah yang memilih respons dan tindakan apa yang harus kita lakukan. Kita bisa memilih untuk sakit hati atau menerima kenyataan itu. Jika perbuatan orang itu tidak disengaja, buat apa menyimpan sakit hati berlama-lama.
Jika perbuatannya disengaja, kitalah yang rugi sebab menuruti apa yang diingini si pelaku. Pilihlah pilihan yang membebaskan kita, bukan yang membuat kita terbelenggu.
10. Berjiwa besar
Tanamkan dan terapkan hal ini dalam hidup kita. Orang yang berjiwa besar adalah orang yang memiliki hati yang kuat. Hatinya tidak gampang terluka hanya karena perilaku orang lain. (Tika)
Baca juga:Inilah Gonzales si Raksasa Gulat yang Berseteru Terus Menerus dengan Lawan hingga Kematiannya