Intisari-Online.com – Meskipun kutu tidak menyebabkan kerusakan fisik yang serius, tapi dapat menyebabkan tekanan emosional karena banyak orang masih keliru bahwa mereka yang memiliki kutu di kepalanya tanda kebersihan yang buruk.
Kutu menggigit kulit kepala dan makan darahnya, tapi gigitan ini biasanya tidak menyakitkan. Namun, kutu dapat membuat ketakutan untuk sejumlah alasan, termasuk stigma karena dianggap “kotor”.
Memiliki kutu di kepala, bukan berarti cerminan kebersihan seseorang, demikian menurut Dr. Andrew Bonwit, seorang ahli penyakit menular pediatrik di Loyola University Health System di Illinois, AS.
“Kebersihan pribadi dan status sosial ekonomi tidak ada hubungan dengan memiliki atau ketularan kutu. Kutu kepala merupakan hama yang mempunyai kesempatan yang sama,” jelas Bonwit dalam rilisnya di berita universitas.
Ada beberapa kesalahpahaman umum lainnya tentang kutu, jelas Bonwit. Untuk mengurangi kekhawatiran orangtua, ia menghilangkan mitos-mitos berikut ini.
Kutu rambut sangat kecil, bintik-bintik pada sisi batang rambut. Meski tidak menyakitkan, tapi bikin gatal. Kadang-kadang si pemilik rambut merasa sangat gatal hingga garukan pada kepalanya membuat infeksi kulit ringat dan bahkan menyebabkan pembesaran kelenjar getah bening di bagian belakang leher atau belakang telinga.
The U.S. Centers for Disease Control and Prevention melaporkan hingga 12 juta kutu dialami oleh anak-anak usia 3 sampai 11 tahun setiap tahunnya.
Pengobatan kutu yang paling umum adalah penggunaan sampo atau lotion kepala resep dari dokter yang harus dioleskan pada kulit kepala, dibiarkan beberapa waktu, kemudian dibilas. Sering kali sisir bergigi rapat juga diperlukan untuk menghilangkan kutu dari kepala.
Siklus hidup kutu adalah sekitar tujuh hari dari telur sampai menetas, sehingga pengobatan kedua dianjurkan setelah dilakukan pengobatan pertama. Jika dilakukan perawatan dengan baik, masalah iritasi kulit kepala dapat dihindari. (health)