Intisari-Online.com - Usia mungkin tak lagi diukur atas lamanya seseorang hidup. Meski seseorang berusia 20 tahun, mungkin saja secara kualitas kesehatan dan kebugaran, sebetulnya ia sudah berusia 55 tahun akibat buruknya gaya hidup.
Fakta tersebut diungkapkan para ilmuwan dari University of Science and Technology Norwegia yang menemukan "kalkulator kebugaran" untuk menilai fitness age (usia kebugaran) seseorang. Temuan ini tidak memerlukan pengukuran kapasitas paru atau tes darah yang rumit. Latihan fisik menjadi dasar pelaksanaan utama "kalkulator kebugaran".
Temuan ini sudah diuji pada 5.000 responden berusia 20-90 tahun di Norwegia. Peneliti menggunakan lima parameter untuk mengukur usia kebugaran seseorang. Hasil pengukuran dari metode ini cukup akurat karena mendekati hasil yang diberikan laboratorium.
Dalam pengujian, para responden diharuskan berlari di treadmill hingga merasa lelah. Selanjutnya, dilakukan pengukuran asupan maksimal oksigen yang dikenal sebagai VO2 Max.
Dari uji ini bisa diketahui, seberapa baik oksigen yang dihirup dapat ditransfer ke tiap sel. Studi sebelumnya menyatakan, VO2 Max cukup baik untuk mengukur umur kebugaran seseorang. Oleh karena itu, peneliti menggunakannya sebagai dasar pengukuran.
"Seseorang yang berusia 70 tahun, tetapi memiliki kapasitas maksimal oksigen layaknya usia 20 tahun, maka sesungguhnya ia berusia 20 tahun," kata Ulrik Wisloff, peneliti yang juga Direktur KG Jebsen Center of Exercise in Medicine di University of Science and Technology Norwegia.
Bagi mereka yang tidak memiliki alat treadmill dan pengukuran VO2 Max, peneliti menggunakan lima parameter, yaitu detak jantung saat istirahat, lingkar pinggang, seks, intensitas dan tingkat olah fisik, serta umur.
Hanya dengan memasukkan lima faktor tadi ke dalam kalkulator atau rumus kebugaran, hasilnya akan terungkap. Data dari kalkulator ini mengeluarkan ukuran VO2 Max seseorang, usia kebugaran, indikasi pengukuran, dan kondisi kebanyakan peserta seusia.
Hasilnya mungkin tidak selalu menyenangkan. Seorang pria usia 45 tahun dengan berat 81 kilogram ternyata sesungguhnya berusia 48 tahun. Pria tersebut memiliki detak jantung 72 per menit saat istirahat dengan lingkar pinggang 34 inci. Hal ini dikarenakan pria tersebut hanya olahraga 1-2 kali seminggu, dengan intensitas sedang sampai rendah.
Hal kebalikan terjadi pada pria usia 60 tahun, yang ternyata baru berusia 52 tahun. Pria tersebut memiliki lingkar pinggang 31 inci, dengan kecepatan detak jantung saat istirahat sama dengan pria usia 45 tahun. Rahasianya adalah olahraga rutin, meski dengan frekuensi dan intensitas yang sama dengan pria usia 45 tahun.
Selisih usia sesungguhnya dari kedua responden bisa lebih jauh, bila keduanya menjalani pola hidup yang tetap sama. Tak seperti usia berdasarkan tahun, usia kesehatan bisa maju atau mundur sesuai pola hidup seseorang. Bila pria berusia 45 tahun berolahraga lebih rutin dan berhasil mengurangi lingkar pinggang lebih banyak, maka usianya bisa mundur lebih banyak.
Hal tersebut dapat memotivasi seseorang melakukan pola hidup sehat. Usia 50, 60, dan 70 tahun memang tak terelakkan. Namun, seseorang bisa terlihat lebih muda. Menurut Wisloff, hal inilah yang menyebabkan fitness age menjadi parameter utama terkini dalam pengukuran usia dan kesehatan masa depan. (Rosmha Widiyani/kompas.com)