Intisari-Online.com -Menurut laporan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010, status gizi bangsa Indonesia bisa dibilang sudah masuk dalam level warning. Sebab, 17,9% penduduk Indonesia yang mengalami kekurangan gizi. Di sisi lain, sebanyak 14,2% penduduk mengalami kelebihan gizi. Di samping itu, sebanyak 35% anak-anak Indonesia terhambat pertumbuhannya atau mengalami stunting.
Kurangnya asupan gizi ini diduga berkaitan dengan tingginya angka anak yang mengalami pendek di Indonesia. Anak-anak pendek sendiri memang erat kaitannya dengan kurangnya gizi ketika anak-anak masih berada dalam masa pertumbuhan.Menurut Prof DR dr Abdul Razak Thaha, MSc, SpGK, Ketua Umum Perhimpunan Dokter Gizi Klinik Indonesia (PDGKI). Anak-anak pendek penyebab utamanya terjadi pada wanita mulai remaja, mulai mau menikah sampai hamil. Nah, kurangnya gizi pada ibu sampai kehamilan membuat perkembangan bayi kurang optimal, pertumbuhan terganggu, sehingga terciptalah anak pendek
Jadi sebenarnya masalah pendek pada anak sudah terjadi sejak anak belum dilahirkan, yaitu permasalahan kurang gizi pada ibu. Buntinya, daerah dimana banyak terjadi kasus anemia pada ibu hamil, disitu merupakan daerah dengan kasus stunting tertinggi, misalnya di NTT.Untuk mengintervensi anak pendek memang bisa saja, tapi sayangnya, pemenuhan asupan gizi saat anak sudah masuk usia sekolah kurang begitu dapat mengatasi masalah pendek yang dialami anak. Oleh karena itu, masalah kekurangan gizi bukan hanya menjadi masalah anak-anak saja, melainkan juga seluruh penduduk Indonesia secara umum.
Jadi solusi terbaik untuk mengatasi pendek adalah dengan perbaikan gizi pada semua lapisan usia, khususnya wanita, dan memberikan ASI eksklusif pada bayi sampai 6 bulan, dilanjutkan hingga 2 tahun.
Untuk diketahui, saat ini, pemerintah pun tengah menggenjot program pemenuhan gizi untuk 1.000 hari pertama kehidupan, dimulai sejak masa kehamilan dalam rangka menekan angka pendek pada anak di Tanah Air. Sebab dengan laporan data RISKESDAS 2010 tersebut, pemerintah sadar bahwasannya sampai saat ini, permasalahan gizi masih menjadi pekerjaan pemerintah yang belum sepenuhnya terselesaikan. (tabloid-nakita)