Kisah Misteri (1): Tidak Semua Hantu Itu Senang Menakut-nakuti

Birgitta Ajeng

Editor

Kisah Misteri (1): Tidak Semua Hantu Itu Senang Menakut-nakuti
Kisah Misteri (1): Tidak Semua Hantu Itu Senang Menakut-nakuti

Intisari-Online.com - Anda pernah melihat atau berjumpa dengan hantu? Kalau belum pernah, inginkah Anda melihatnya? Kecuali bernyali baja, umumnya kalau boleh memilih, kita lebih suka tak usah bertemu atau melihat hantu. Inilah salah satu kisah misteri mengenai hantu.

---

Dalam pandangan kita, hantu itu pasti menakutkan karena ia pada dasarnya arwah penasaran. Barangkali ia datang untuk menuntaskan masalah yang belum beres, untuk membalas dendam, atau ... mungkin sekadar iseng mau menakut-nakuti masyarakat yang masih hidup di dunia fana ini.

The Field Guide to Ghosts and other Apparitions yang ditulis oleh Hilary Evans dan Patrick Huyghe (Quill: 2000) memaparkan bahwa sebenarnya ada pelbagai jenis hantu. Dan tidak semua hantu itu senang menakut-nakuti dengan muncul berulang-ulang di tempat tertentu.

Janji antara dua sahabat

Cukup banyak juga hantu yang muncul sekali saja. Kasus seperti ini sering terjadi setelah dua orang membuat perjanjian, biasanya antara dua orang sahabat: siapa yang meninggal lebih dulu, harus menghubungi teman yang masih hidup. Ini dialami oleh dua orang sahabat, filsuf Italia yang terkenal, Marcilio Ficino, dan sahabatnya Michael Mercato. Keduanya membuat perjanjian seperti di atas.

Suatu pagi, Mercato sedang belajar filsafat, saat ia mendengar Ficino memanggil manggilnya, "Michael! O Michael! Ternyata hal-hal itu betul semua!" Mercato spontan melongok ke luar jendela. Dilihatnya Ficino dalam pakaian putih sedang memacu seekor kuda putih pergi menjauh. Meski Mercato memanggil-manggil, kawannya itu terus berkuda menjauh. Belakangan, Mercato mendapat kabar, sahabatnya meninggal di Florence, di saat ia melihatnya berkuda. Itu terjadi pada tahun 1499.

Orang-orang yang pernah mengalami krisis yang sampai mengancam hidup pun banyak yang mengalami bertemu hantu. Sebut saja pengalaman para pendaki Pegunungan Himalaya. Seorang pendaki dari Amerika bercerita, ia bertemu dengan bartender "21 Club" di New York yang sudah meninggal lima tahun sebelumnya. Seorang pendaki lain, kali ini dari Inggris, berjumpa dengan dua orang teman sekolah yang meninggal dalam kecelakaan lalu-lintas 12 tahun sebelumnya. Frank Smythe, yang gagal mencapai puncak Mount Everest, juga pernah mengalami "ditemani" seseorang sampai ia menawarkan kue bekalnya kepada si kawan seperjalanan.

Pengalaman seperti itu pernah dialami oleh Elsa Schmidt-Falk di sekitar tahun 1950-an. Janda tentara Jerman ini pernah mendaki Pegunungan Alpen di Bavaria sendirian. Sebetulnya, pendakian ini tidaklah berbahaya, kalau si pendaki berpegang pada rate turis. Yang terjadi saat itu, pendakiannya makan waktu terlampau lama, sehingga saat ia akan turun hari sudah rembang petang.

Mendadak ia tersadar ia telah keluar jalur. (Bahkan setahun kemudian, seorang gadis jatuh sampai meninggal persis di lokasinya saat itu.) Tiba tiba ia melihat "sebuah bola cahaya yang besar" yang kemudian berubah menjadi seorang pria jangkung bertampang Cina. Pada saat itu, ia tidak merasa heran. Rasanya biasa-biasa saja.

Pria itu membungkuk kepadanya, lalu mengucapkan kata-kata yang menenangkan. Setelah itu, berdasarkan bimbingan si pria misterius, Elsa menemukan kembali jalur turis yang aman itu. Lalu, si pria berubah menjadi bola cahaya lagi dan menghilang. Elsa pun dengan selamat turun sampai di bawah.

Apakah stres berat yang menyebabkan Elsa berhalusinasi? Namun, halusinasi macam apa yang dapat menyelamatkannya dari bahaya? Dari mana pula ia mengetahui jalur yang tepat untuk turun?

Tulisan mengenai kisah misteri ini ditulis di dalam buku Kumpulan Kisah Misteri Intisari tahun 2006 dengan judul asli Siapa Tahu Hantunya Adalah ... Anda Sendiri.

-bersambung-