Menguak Skandal Istri Presiden (1)

Birgitta Ajeng

Editor

Menguak Skandal Istri Presiden (1)
Menguak Skandal Istri Presiden (1)

Intisari-Online.com - Barangkali tak ada ibu negara mana pun yang menuliskan "ikut suami" pada kolom pekerjaan di kartu identitasnya. Namun bukan berarti di balik nama besar para suami mereka tidak punya peran sama sekali. Peter Hay dalam bukunya All the Presidents' Ladies membeberkan sebagian perilaku para istri presiden AS yang mendukung tugas suaminya di samping ulah beberapa istri yang ternyata malah merecoki. Inilah kisah yang menguak skandal istri presiden.

---

Di zaman pemerintahan Ronald Reagan, orang sudah maklum, kalau ingin mempengaruhi presiden, mesti lewat istrinya. Nancy Reagan memang figur wanita kuat, bahkan sering dipandang terlalu dominan terhadap suami. Tapi kalau melihat ibunya, orang tak akan heran dari mana sifat itu didapat.

Ketika anak perempuannya lahir, Edith Luckett, aktris yang tak sempat terkenal, sudah keki betul terhadap suaminya, Kenneth Robbins. Jabang bayi yang oleh ayahnya sudah dinamai Anne Frances Robbins, langsung diberi nama lain: Nancy. Bayi Nancy seperti ogah-ogahan lahir. Dokter sampai harus menggunakan tang untuk menariknya ke luar.

Edith cukup terkejut ketika melihat mata kanan anaknya tidak terbuka. la lebih kaget lagi ketika dokter mengatakan ada kemungkinan mata itu buta. Kontan saja ia mengatakan, "Kalau mata anak saya tidak terbuka, I'll kill you." Maklum saja, sebelumnya Edith mendengar dokter sedang buru-buru akan main golf.

Tentu saja belakangan tidak ada "pembunuhan" karena mata si jabang bayi sama besarnya dengan mata sang ibu.

Nancy cilik ingin mengadopsi

Nancy harus puas hidup seadanya dengan ibu yang hidup sendirian. Kadang-kadang ia dititipkan pada bibinya. Nancy jauh dari kehidupan keluarga yang normal, apalagi untuk zaman itu. Maka ketika Edith menikah lagi dengan Dr. Loyal Davis, Nancy senang betul. Inilah kesempatan untuk hidup dengan orang tua lengkap. Belum terlalu terlambat, karena ia baru berusia 8 tahun. Apalagi ayah tirinya seorang dokter bedah saraf yang brilian. Untung bagi Nancy, ia dan Dr. Loyal (begitu Nancy memanggilnya) cukup cocok. Malah amat cocok.

Suatu sore Nancy kecil berkunjung ke rumah tetangganya, pensiunan hakim.

"Bapak Hakim, saya datang untuk urusan serius," katanya.

"Apa, Nancy?"

"Bagaimana caranya mengadopsi Dr. Davis?"

"Wah, itu agak sulit. Tapi bisa diatur," sahut si hakim dengan tampang tak kalah seriusnya.

Nancy cilik memang telah menampakkan ketegasan yang banyak dimiliki wanita kuat. Tekadnya untuk "mengadopsi" sang ayah tiri tidak terlupakan. Begitu mencapai 14 tahun, ia ke rumah ayah kandungnya, dengan surat-surat adopsi.

Di AS, paling tidak saat itu, empat belas tahun memang batas seorang anak dianggap cukup dewasa untuk melaksanakan hak-hak hukumnya sendiri. Maka dengan amat sedih, Ken Robbins mengabulkan permintaan Nancy. Ia sebenarnya mencintai Nancy, tapi berusaha tidak menampakkan kekecewaan hatinya. Yang betul-betul kecewa tanpa tedeng aling-aling adalah neneknya. Soalnya, nenek Robbins satu-satunya anggota keluarga Robbins yang dekat dengan Nancy. Tapi Nancy dengan bangga mengatakan kepada kawan-kawannya, kini mereka dapat memanggilnya Nancy Davis.

Nancy dan Dr. Davis sangat akrab. Kadang kala ia mampir ke rumah sakit sekadar untuk bertemu ayahnya. Malah ketika sudah cukup besar, ia diizinkan menyaksikan ayahnya mengoperasi pasien. Dr. Davis juga mengajaknya mengunjungi pasien yang dirawat di rumah. Keduanya memang mempunyai kemiripan sifat. Sama-sama sangat rapi dan teratur. Keduanya juga sering tak dimengerti oleh orang lain (Dr. Davis dikenal masyarakat cukup kontroversial, seperti juga Nancy). Semakin dewasa Nancy semakin mirip Dr. Davis, sehingga pantas kalau jadi anak kandungnya.

Walaupun berlatar belakang Hollywood, Nancy dan Ronald Reagan jauh dari citra kawin-cerai. Menurut "orang dalam", kalau Nancy akan bepergian beberapa hari, ia menangis sepanjang perjalanan dari Gedung Putih ke bandara. Malah David Fisher, ajudan Reagan, punya kesimpulan, "Mereka jatuh cinta terus-menerus."

Sehabis dioperasi di RS Angkatan Laut Bethesda, Reagan mengucapkan pidato yang disiarkan ke seluruh AS.

Begini katanya, "... Ibu Negara tidak melalui proses pemilihan. Mereka juga tidak digaji. Pada dasarnya mereka tidak suka hidup dalam sorotan masyarakat, tapi terpaksa harus demikian. Menurut pendapat saya, mereka semua pahlawan. Abigail Adams (John Adams: 1797 -1801. Abigail terkenal sebagai wanita yang cerdas - Red.) membantu berdirinya Amerika. Dolley Madison (James Madison: 1809 - 1817. Dolley disebut-sebut sebagai salah satu istri presiden paling populer sepanjang sejarah AS - Red.) membantu melindungi Amerika. Eleanor Roosevelt adalah mata dan telinga FDR. Nancy Reagan adalah segalanya bagi saya."

Saat itu juga Nancy tak dapat menahan haru.

Tulisan ini ditulis di Majalah Intisari edisi 1992 dengan judul asli Menguak Skandal Istri Presiden.

-bersambung-