Bisnis Food Truck di Indonesia, Hati-Hati Mogok di Jalan

Moh Habib Asyhad

Editor

Bisnis Food Truck di Indonesia, Hati-Hati Mogok di Jalan
Bisnis Food Truck di Indonesia, Hati-Hati Mogok di Jalan

Intisari-Online.com -Dalam menjalankan bisnis food truck di Indonesia Griselda Valentina, pemilik Loco Mama, relatif tak menjumpai kendala yang berarti, misal diusir dari tempat mangkalnya. “Saya kenal baik dengan pemilik lahan tempat kami mangkal. Jadi relatif tak banyak masalah soal lokasi ini,” kata Griselda. Begitu juga dengan ormas yang mendatangi “warung”-nya.

Meski ada yang diimpor, sebagian besar bahan bakunya lokal. Jika awal awal berbisnis masih mencari-cari penjual bahan baku, kini Griselda tinggal telepon saja. Untuk bahan baku yang awet dia menyetok untuk jangka waktu yang agak lama. Sementara untuk bahan baku yang segarseperti sayur-sayuran membeli tiap hari. “Jika bahan baku tidak tersedia di pasaran, terutama yang impor, kami tak berusaha untuk melakukan substitusi. Ya sudah, kami akan terus terang ke pembeli kalau barang tidak ada.”

Karena terkadang harus mangkal di tempat lain, Griselda harus pintar-pintar melakukan manajemen stok. Juga bahan-bahan yang dibawa di dalam truk. Jangan sampai membawa sedikit ternyata permintaan banyak, atau sebaliknya. Membawa banyak ternyata pembelinya sedikit. Jika terjadi kehabisan bahan, Griselda akan segera mengontak dapur utamanya di kawasan Cipete untuk menambah stok.

Kendala lain yang perlu diantisipasi adalah mogok dan kondisi jalanan. Ini perlu diwaspadai ketika Loco Mama harus “melanglang” keluar dari wilayah kekuasaannya. “Kami pernah dapat order ke Tangerang. Bayangkan, mobil tua harus masuk tol,” kata Griselda. Griselda. Edwin menjelaskan bahwa mesin mobil itu sendiri sudah diganti dengan mesin Hardtop yang lebih bandel. Namun giginya cuma tiga. Jadi tidak bisa ngebut juga di tol.

Saat ditanya soal omzet, Griselda hanya menjelaskan bahwa di hari-hari biasa untuk makanan utama bisa laku sekitar 50 porsi. Sementara di akhir pekan bisa melonjak dua kali lipat. Sebuah nilai yang lumayan. Edwin bahkan berani menargetkan untuk impas (BEP) pada tahun kedua.

Meski sekarang mulai banyak pemain baru di bisnis ini, Griselda dan Edwin tak khawatir tersaingi. Jakarta masih luas, dan penduduknya juga banyak. Malahan mereka sedang menyiapkan food truck baru. Sebenarnya bukan truk sih, tapi car.

“Ya, kami sedang memodifikasi Morris Mini untuk jualan. Tentu tidak bisa jualan menu Meksiko karena ruangan yang terbatas. Untuk menyiapkan burrito perlu beberapa bahan makanan yang ditaruh dalam beberapa toples. Itu sudah makan tempat yang lumayan. Jadi kami nanti jualan makanan yang ringanringan saja,” tutur Edwin.

Nah, dari rasa kangen lalu pakai jurus ATM nyatanya Griselda dan Edwin bisa memulai bisnis yang sedang ngetren saat ini. Bagaimana dengan Anda?Artikel ini bertulis di Intisari edisi Desember 2014 dengan judul "Food Truck Bermula dari Raya Kangen".