Intisari-Online.com - Pagi itu jalan raya Ciapus menuju Tamansari nampak lebih ramai dari biasanya, bahkan beberapa kali terlihat bus melewati jalan yg tidak terlalu besar ini. "Ada acara di Pura Parahyangan Agung Jagatkartta," jawab seorang warga kepada pengendara motor di tengah antrian kendaraan. Dari jauh sayup-sayup terdengar mantra doa yang diiringi oleh tabuh lelambatan. Aroma dupa pun santer tercium hampir sepanjang jalan menuju Pura kedua terbesar di Indonesia ini.Hari itu, 9 september 2014 adalah puncak acara Pujawali IX Pura Parahyangan Agung Jagatkartta. Ratusan umat Hindu yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia datang untuk ikut berdoa di pura yang berada di ketinggian 900 mdpl ini. Pujawali atau Piodalan adalah upacara keagamaan untuk memperingati hari kelahiran (peresmian) pura agung tersebut. Pujawali diadakan pada Purnamaning katiga atau bulan purnama pada bulan ketiga menurut penanggalan Bali.Rangkaian upacara Mecaru (pembersihan lingkungan pura dr segala energi negatif) menjadi pembuka puncak acara Pujawali. Daksina Linggih (simbol kelengkapan perjalanan hidup) dari berbagai daerah di Indonesia dibawa menuju Taman Sari untuk didoakan dan kemudian diletakan pada berbagai tempat di Pura Agung. Berbagai kesenian turut ditampilkan sebagai usaha untuk mempertahankan warisan budaya leluhur, seperti tari baris gede, tari topeng dan tari rejang dewa.