M-Tow: Dari Wastafel Ke Toilet

J.B. Satrio Nugroho

Penulis

M-Tow: Dari Wastafel Ke Toilet
M-Tow: Dari Wastafel Ke Toilet

Intisari-Online.com - Ide penghematan air yang diusung dalam konsep M-Tow sebenarnya sederhana. Mereka menciptakan konsep inovasi teknologi toilet yang ramah lingkungan, efektif, ekonomis, dan hemat air: menggabungkan antara air buangan wastafel yang digunakan untuk air flush (penggelontor) toilet. “Ide awal M-tow adalah teknologi pengolahan air di Jepang. Dari sedikit info tersebut, kami berusaha membuat modifikasi alat yang dapat diterapkan di Indonesia. Setelah melakukan analisis dari tiap jenis buangan air rumah tangga, kami memutuskan memilih memanfaatkan air buangan wastafel,” kata Hita Hamastuti, mahasiswi Teknik Kimia ITS angkatan 2008 yang baru menyelesaikan tugas akhirnya ini. Selain Hita, yang membidani M-Tow juga Arief Rahmatullah dan Dyanros Riskiyanto. Keduanya juga mahasiswa Teknik Kimia ITS.

Diakui oleh mereka, ide M-Tow ini bukanlah hal yang baru. Di Jepang ada yang namanya Sink Toilet. “Penggunaannya langsung digabung, dari wastafel langsung masuk ke wadah air untuk flush toilet. Hal itu bisa bikin toilet jadi kotor dan tidak higienis,” kata Hita. Penggunaan filter dalam M-Tow, tambahnya, bisa mengatasi masalah tersebut. Air dari wastafel tidak langsung digunakan untuk air flush, tapi ada mekanisme filter untuk menyaring kotoran air dan kuman dari buangan wastafel.

Pemilihan toilet jongkok dalam prototype M-Tow karena mudah dibersihkan, lebih murah, dan menggunakan lebih sedikit air untuk mengguyur dibandingkan dengan toilet model duduk. Tidak adanya kontak dengan dudukan toilet juga membuatnya banyak dipilih karena lebih higienis.

Berdasarkan hasil penelitian Neni Sintawardani, Ketua Peneliti Bio-Toilet dari Laboratorium Fisika Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bandung, di daerah padat penduduk, rata-rata warga membutuhkan air bersih 36 liter/hari atau 40% dari total kebutuhan tanpa minum, buang air kecil, dan buang air besar.

Bak penggelontor toilet standar –seperti yang dibuat tim M-Tow-- berkapasitas 8 liter. Satu orang saja minimal bisa buang air kecil empat kali. Artinya, dalam sehari, pemanfaatan air limbah wastafel untuk penggelontor dapat menghemat air bersih minimal 32 liter.

Itu baru hitungan satu orang. Kalau dalam satu rumah ada empat orang saja, bisa hemat paling sedikit 128 liter. Kalau dihitung dari tarif air PAM bagi keluarga menengah di Jakarta yang Rp 6.000,-/m3, artinya dalam sehari bisa menghemat lebih dari Rp 750,- perak. Tentu bukan semata masalah uang. Terlebih karena dengan hemat air, lingkungan juga ikut terjaga, kan? Itu yang tak ternilai harganya.

Saat ini, M-Tow sedang dalam tahap pengembangan. “Kami menerima dana hibah dari Dikti yang akan kami gunakan untuk membuat model dan uji coba alat M-Tow agar dapat di realisasikan dan difungsikan sebagaimana mestinya,” kata Hita. Arief menambahkan, teknologi yang dikembangkan meliputi penyempurnaan fisik dan teknologi saringannya. Dikti menggelontorkan dana sebesar Rp 6,5 juta untuk pengembangan ini. Selain itu, juga sedang dijajaki kerja sama dengan Asosiasi Toilet Indonesia untuk mewujudkan alat ini. “Target kami bulan Juli tahun ini produk sudah jadi,” tambah Hita.