Intisari-Online.com - Selama bertahun-tahun, para pengguna Twitter menata pemikiran mereka akan suatu hal menggunakan hashtag (tagar). Kini, Mark Zukerberg, bos Facebook, dikabarkan akan mengaplikasikan tagar di media sosial bikinannya.
Usia? Pertama kali digunakan di Twitter pada Agustus 2007. Jadi hashtag berusia lima setengah tahun. Saat itu, tagar pertama yang digunakan adalah #likethis.
Lalu apa persisnya tagar itu? Semua hal yang didahului simbol #.
Seperti? Seperti di #tidakmembantu.
Penjelasan itu tidak membantu. Tepat sekali. #smug
Bisakah kita fokus pada topik? Tentu saja. #hashtag
Nah. Lalu apa gunanya tagar? Semuanya. Tagar memberi konteks dan kategori. Dia juga memberikan penjelasan lebih lanjut, membuat jadi lucu, menyatukan beberapa pernyataan, atau menghancurkannya. #puisi
Tapi kebanyakan digunakan untuk apa? Kebanyakan digunakan untuk merangkum beberapa twit (kicauan) menjadi satu topik, sehingga pengguna Twitter lain dapat menemukan seluruh kicauan tersebut dengan pencarian hashtag. #opini
Jadi, tagar selalu berhubungan dengan Twitter? Tidak juga. Awalnya, tagar muncul di situs chatting online bahkan sebelum microbloging muncul. Saat ini, selain Twitter, penggunaan tagar banyak digunakan di social network besar, seperti Pinterest dan Google+. Penggunaan tagar juga banyak digunakan di media advertising dan acara televisi. #pleasetweetaboutourproduct
Lalu, apa perkembangan tagar kini? Menginvasi Facebok. Menurut Wall Street Journal, Mark Zuckerberg dan tim berencana mengenalkan tagarsebagai sarana menyatukan pembicaraan para pengguna Facebook menjadi satu topik. #reportase
Kenapa? Sebagai bagian dari ”perang” dengan Twitter, untuk menjadi “surat kabar pribadi” yang terbaik di dunia. Atau, bisa juga, karena Facebook bisa melakukannya, dan tidak ada yang bisa dilakukan Twitter untuk mencegahnya. #socialnetworkwar
Lalu apa yang harus disiapkan oleh para pengguna Facebook dalam menghadapi invasi ini? Mungkin para pengguna perlu meningkatkan keahlian menggunakan tagar. #latihanhashtag
#Sepertinya saya mulai paham. Sepertinya belum. #tanpaspasi
#Oh, kenapa demikian? Bukan apa-apa, Sebuah tagar seharusnya adalah satu kata. Jadi seharusnya #sepertinyasayamulaipaham. Memang sih, jadi sedikit rumit memahami maksud tagarnya.
#laluapayangharusdilakukankalaumaumengungkapkansesuatuyangpanjang? Jangan pakai tagar. Atau, jikalau harus, gunakan kapital di tiap kata supaya memudahkan membacanya. #LikeThis
#ApakahItuCukupMembantu? Ya. Lihat saja sendiri. Itu juga mencegah “kecelakaan” seperti yang terjadi saat Susan Boyle menggelar pesta peluncuran albumnya. Saat itu digunakan hashtag #susanalbumparty, namun terbacanya (maaf) Susan anal bum party (bum: pantat) (guardian.co.uk)