Intisari-Online.com - Tidak hanya Uni Soviet yang merasakan keuntungan dari terciptanya AK-47 (Aktomatni Kalashnikova model-1947). Kaum revolusioner di Kuba, Angola, hingga Vietnam yang berjuang untuk melawan penjajahan di negara mereka (atau untuk memaksakan kediktatoran?) banyak menggunakan AK-47.
Hal ini disebabkan banyak dari pergerakan tersebut secara langsung didukung oleh Uni Soviet, salah satunya dengan menyediakan senjata seperti AK-47 (yang banyak dikenal sebagai “Kalashnikov”) dalam jumlah besar.
Tentara Amerika Serikat yang terlibat dalam perang Vietnam, membawa senjata terbaiknya, M16, hanya untuk mengalami kemacetan saat digunakan. Sebaliknya mereka melihat AK-47 dalam jumlah besar bekerja dengan lancar. Maka wajar jika banyak dari tentara Amerika Serikat yang segan dan hormat pada AK-47.
Para kelompok teroris yang tidak berafiliasi dengan pergerakan pembebasan kemerdekaan juga turut menggunakan senjata legendaris ini. Jadi, jangan kaget jika sampai saat ini diperkirakan ada sekitar 100 juta unit AK-47 yang beredar dalam berbagai variasi. Namun, senjata yang benar-benar dibuat oleh perancangnya, Mikhail Kalashnikov, tahun 1947 justru sulit untuk ditemukan.
Kalashnikov yang kini berusia 93 tahun, pernah mengekspresikan penyesalannya karena AK-47 menjadi senjata yang dipilih oleh hampir semua teroris di dunia, meski dia tetap tidak merasa bersalah. “Jika seseorang bertanya padaku bagaimana aku dapat tidur di malam hari dengan mengetahui bahwa senjata buatanku membunuh jutaan orang, saya akan menjawab ‘Saya tidak memiliki masalah dengan tidur.’ Hati nurani saya bersih, saya membuat senjata untuk mempertahankan negara saja,” ujar Kalashnikov. (Wired)