Intisari-Online.com – Jika Anda sedang mencari alat pendingin ruangan (AC), biasanya penjual langsung menyergap dengan pertanyaan, “Perlu yang berapa PK?” Anda mungkin balik bertanya, “Kalau untuk kamar ukuran 4 x 5 m, kira-kira pakai yang seberapa dingin?” Si penjual pun, berdasar pengalamannya, berkata sambil menunjuk barang yang ada, “O, pakai saja yang 1 PK.”
Sekarang bandingkan kalau Anda menghitung sendiri. Misalkan per m2 ruangan membutuhkan sekitar 400 BTUH (British Thermal Unit per Hour), maka kamar tadi memerlukan 20 x 400 = 8.000 BTUH. Karena 1 PK (Paard Kracht/Daya Kuda) setara dengan 2.542,5 BTUH, alhasil kamar Anda membutuhkan 8.000/2.542,5 = 3,5 PK. Jadi, siapa yang salah hitung?
Perhitungan Anda benar, penjual pun tidak salah-salah amat. Anda berbicara tentang “kapasitas pendinginan”, sementara si penjual ngomongin soal “kemampuan kompresor”. Karena dua-duanya berujung ke PK, kacau balau ‘kan jadinya?
Yang perlu dipahami dalam memilih AC rumah tangga sebenarnya hanyalah tiga hal. Pertama, daya pendinginan untuk membandingkan dengan kebutuhan. Kedua, daya listrik untuk menyesuaikan dengan kapasitas listrik di rumah. Ketiga, daya kompresor, yang sekadar Anda tahu, bukan topik utama bagi pemakai.
Dalam kasus di atas, kira-kira data yang umum saat ini adalah sebagai berikut: Daya Pendinginan = 9.200 BTUH (setara 3,8 PK); Daya Listrik = 500 W (setara 0,67 PK); Daya Kompresor = 1 PK. Data ini hanya berlaku pada merek barang tertentu.Dengan adanya teknologi yang terus berkembang, bisa jadi dengan daya listrik 400 W dan daya kompresor 1 PK bisa menghasilkan daya pendinginan sebesar 12.000 BTUH. Berarti kalau kita mengacu pada saran si penjual tadi, kapasitas ini sudah berlebihan. Oleh karena itu, sebaiknya kita mengacu pada daya pendinginan, bukan daya kompresor.
Pemahaman teknologi yang salah seperti di atas sepatutnya dibenahi. Bukankah pemahaman seseorang mencerminkan jati diri bangsanya? (Ir. Indiarto B. Santoso – Intisari)