Batasi Asupan Gula Meja Pada Bayi

Agus Surono

Editor

Batasi Asupan Gula Meja Pada Bayi
Batasi Asupan Gula Meja Pada Bayi

Intisari-Online.com - Konsumsi sukrosa lebih awal pada bayi untuk jangka waktu lama akan meningkatkan risiko karies. Begitulah temuan hasil sebuah penelitian yang dipublikasi oleh Institute of Medicine pada 2005 dan The American Academy of Pediatric Dentistry pada 2008.“Sukrosa yang dikenalkan sejak awal pada bayi akan mempengaruhi preferensi makanan, yang dapat menyebabkan risiko gangguan kesehatan, baik jangka panjang seperti peningkatan risiko obesitas maupun dampak jangka pendek seperti karies gigi” tambah Dr. Inge Permadhi, MS, SpGK selaku Koordinator Pelayanan Masyarakat Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Untuk itu, seorang ibu harus mengerti cara memilih susu formula dengan memahami cara membaca komposisi bahan baku yang tercantum dalam label kemasan.“Penting diketahui orangtua, untuk menghindari sukrosa selama 6 bulan pertama” demikian dikatakan oleh Dr. Ahmad Suryawan SpA (K). selaku Ketua Divisi Tumbuh Kembang Anak dan Remaja, Departemen Ilmu Kesehatan Anak – RSUD Dr. Soetomo – FK Unair, Surabaya, dalam konferensi pers yang diadakan oleh Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia di restoran KOI Kemang Jakarta dalam rangka Hari Kesehatan Nasional 2011.Kenyataan tadi menguatkan bahwa air susu ibu (ASI) merupakan sumber nutrisi terbaik untuk bayi dan anak terutama pada 6 bulan pertama kehidupannya. Syukur bisa sampai usia 2 tahun. Kandungan nutrisi di dalam ASI tidak dapat tergantikan nilainya oleh makanan lain, sehingga pemberian ASI bagi bayi awal kehidupan bayi menjadi kewajiban seorang ibu. ASI sangat bermanfaat untuk perkembangan otak dan daya tahan tubuh, serta dapat mempererat hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi. Oleh karena itu kandungan ASI merupakan acuan yang paling ideal bagi asupan gizi bayi, sehingga disebut juga sebagai “golden standard”.

Satu hal penting pada komposisi ASI: tidak mengandung sukrosa (gula meja). Sumber karbohidrat yang ada di dalam ASI adalah laktosa atau yang dikenal sebagai gula susu. Laktosa tidak hanya menyediakan 40% energi, namun juga mendukung pertumbuhan flora usus yang sehat dan meningkatkan imunitas bayi melawan bakteri patogen. Abrams dan Ziegler dalam suatu jurnal yang diterbitkan pada 1983 dan 2002, menjelaskan bahwa dominasi bakteri baik di dalam usus dapat melindungi pencernaan dari bakteri jahat penyebab penyakit. Laktosa turut berperan dalam penyerapan berbagai mineral termasuk kalsium. Sementara itu Koletzko dalam jurnal yang dikeluarkan pada 2005 menerangkan bahwa bakteri baik dapat mempengaruhi konsistensi/kepadatan tinja. Oleh karena pentingnya laktosa, Regulasi Internasional dan Asosiasi Pediatrik Internasional merekomendasikan laktosa sebagai sumber karbohidrat dalam formula bayi dan formula lanjutan.

Studi oleh Manella pada 2004 menunjukkan bahwa ada periode sensitif pada masa bayi dan anak ketika suka dan ketidaksukaan yang terbentuk pada masa tersebut akan mempengaruhi pola makan saat dewasa. Hal ini menjadi pertimbangan penting pada penanganan/pencegahan kelebihan berat badan dan obesitas yang meningkat secara dramatis di masa kanak-kanak dan remaja di banyak negara (AAP, 2003; Agostini, 2008). Sebuah penelitian oleh Beauchamp pada 1982 menunjukkan bahwa paparan terhadap air gula/rasa manis pada 6 bulan pertama kehidupan akan meningkatkan kecenderungan untuk menyukai air gula/rasa manis. “Asupan sukrosa dan kesukaan akan rasa manis tidak hanya meningkatkan risiko obesitas, asupan makanan yang mengandung gula total yang tinggi juga akan mempengaruhi kecukupan asupan mikronutrien. Bukti yang berkembang memperlihatkan bahwa makanan yang ditambahkan dan tinggi kandungan gula totalnya berhubungan nyata dengan asupan mikronutrien yang lebih rendah dan mungkin mempengaruhi pertumbuhan anak,” jelas Dr. Ahmad Suryawan,

Jadi, sangat penting menjaga asupan bayi pada enam bulan pertama.