Mau Aman? Jangan Asal Jalan!

Eka An Aqimuddin

Editor

Mau Aman? Jangan Asal Jalan!
Mau Aman? Jangan Asal Jalan!

Intisari-Online.com - Coba deh, anda perhatikan orang-orang yang sedang berjalan di trotoar saat ramai? Untuk menghindari tabrakan, biasanya tiap orang yang berjalan berhadapan akan gerak ke kiri. Beda lagi kalau di Eropa, sebagian orang malah bergerak ke kanan. Unik yah? Bagaimanakah kebiasaan itu bisa terjadi?

Kebiasaan itulah yang menjadi subjek penelitian dari Mehdi Moussaid dari the Max Planck Institute, Berlin. Menurutnya, kebiasaan itu bisa dipahami melalui teori probabilitas. Ketika dua orang yang berhadapan memilih dengan tepat pergerakan masing-masing maka tabrakan akan terhindar. Pola ini lalu ditiru berulang-ulang hingga jadi kebiasaan. Lebih jauh, soal gerak ke kiri atau kanan sebenarnya bukan masalah utama. Yang ingin dibuktikan adalah adanya kehendak mayoritas yang tak tersampaikan.

Setiap orang yang memilih berjalan di trotoar biasanya mengganggap lebih memiliki kebebasan ketimbang mereka yang naik mobil atau kereta. Padahal tidak demikian. Menurut Dirk Helbing dari ETH Zurich, perguruan tinggi yang fokus kepada teknologi, pejalan kaki ternyata tidak bebas sama sekali melainkan tergantung orang lain juga. Sebab, saat berjalan di trotoar setiap orang mengikuti arah jalan orang yang di depannya.

Helbing dan Moussaid lalu mencoba membuat pemodelan untuk menebak bagaimana pejalan kaki berperilaku. Tujuannya bukan sekedar rasa ingin tahu, melainkan untuk membuat arus keramaian menjadi lebih aman. Bayangkanlah acara seperti konser atau Olimpiade? Jika trotoar tidak dibangun berdasarkan pola perilaku pejalan kaki maka akan banyak sekali tabrakan dan menghambat lalu lintas orang.

Berdasarkan pemodelan yang mereka buat, setiap orang ternyata memiliki ketertarikan atas sesuatu. Saat berjalan, misalnya, orang tertarik (kehendak) pada tujuan yang mereka capai. Untuk sampai pada tujuan itu, saat berjalan berhadapan di keramaian, tiap individu ternyata cenderung untuk mengikuti keramaian dengan membuat lajur yang berbeda untuk menghindari tabrakan (self-organizing). Jika ada orang yang coba mendahului antrean maka ia akan merusak jalur yang ada sehingga akan menghambat pergerakan orang.

Tenyata, berjalan di trotoar itu tidak bisa seenaknya karena sudah ada polanya. Kalau Anda coba-coba “nyeleneh”, bisa jadi sepanjang jalan Anda akan menabrak orang lain. (The Economist)