Intisari-Online.com - Ketika keinginan memiliki keturunan tak juga kesampaian, kebanyakan pria justru menyalahkan pasangannya. Mungkin sekarang waktunya para pria mulai berkaca dan membaca artikel ini.
Apa jadinya jika ternyata sel telur baik-baik saja, sedangkan sel sperma tidak? Sebagian pasangan, terutama pria, yang merindukan buah hati boleh saja berkonsultasi sambil menumpahkan frustasi tentang tidak adanya alasan yang jelas atas ketidaksuburannya. Namun sekarang, para peneliti dapat menjawab bahwa ternyata ada mutasi genetis yang membuat sperma menjadi tidak lagi ‘greng’.
Ketidaksuburan atau infertilitas dideskripsikan sebagai kegagalan untuk mendapatkan buah hati setelah setahun melakukan hubungan seks tanpa pengaman atau ber-KB. Pada beberapa kasus, penjelasannya adalah kualitas dan kuantitas sperma yang kurang baik. Atau jika dilihat dari sudut pandang wanita, maka sel telur kemungkinan cacat atau rahimnya memiliki kondisi yang membuat sang telur tak bisa dibuahi.
Para ilmuwan menyelidiki varian gen mutan pada DEFB126, protein yang ditemukan pada membran sel sperma. Varian gen mutan ini ternyata memproduksi protein yang lebih tahan lama dibandingkan dengan versi normalnya. Seorang pria memiliki dua kopi gen dari masing-masing orangtua. Ketika kedua orang tuanya memiliki varian gen mutan tersebut, maka kemungkinan besar sang anak akan memiliki sperma yang lapisan proteinnya rendah.
Secara umum, sperma sang anak laki-laki tersebut akan terlihat normal. Namun dalam sebuah percobaan laboratorium, sperma yang berenang melalui cervical mucus buatan, justru mogok di tengah-tengah. Lapisan protein pada sperma memang berguna agar sel pejantan itu boleh berenang dan mencapai sel telur.
Untuk membuktikan kebenaran ini, para ilmuan melakukan penelitian terhadap 500 pasangan yang baru menikah selama dua tahun. Mereka menemukan bahwa pasangan yang pria-nya memiliki varian gen mutasi dari kedua orangtuanya, ternyata sulit memiliki buah hati. Walau begitu penelitian lebih lanjut tampaknya perlu dilakukan agar bukti semakin kuat.
Dalam tes terhadap sejumlah monyet, protein yang membungkus sel sperma ternyata juga berguna untuk membantu sperma melewati cervical mucus. Protein tersebut membantu sperma menjaga dirinya dari sistem kekebalan tubuh wanita dan membantu sperma melekatkan diri pada tuba fallopi. Jadi, jika varian gen mutan pada protein mengakibatkan kurangnya salah satu dari fungsi protein di atas, maka tidak heran pasangan tidak bisa memiliki buah hati.
Yang justru mencengangkan adalah fakta bahwa varian gen mutan ini sangat umum ditemui. Sekitar 20% dari populasi pria di dunia ternyata memilikinya! Tapi pria yang memiliki kopi gen normal dan varian gen mutan ternyata lebih beruntung. Selain masih memiliki sperma dengan lapisan protein yang baik, mereka juga ternyata lebih kebal dari penyakit. Walau penelitian ini belum 100% dapat dibuktikan, tapi paling tidak, para peneliti sudah membuka sebuah halaman baru terkait masalah infertilitas.
Jadi, jangan salahkan sang istri lagi ya!