Seni Menulis Resep

K. Tatik Wardayati

Editor

Seni Menulis Resep
Seni Menulis Resep

Intisari-Online.com – Selain seni mendiagnosis, menulis resep pun ada seninya. Bagaimana dokter menyusun sebuah komposisi obat agar selain tepat dengan diagnosis yang dibuatnya, tidak memberatkan pihak pasien juga. Makna memberatkan pasien berarti pasien tidak harus kelewat besar menanggung efek samping obat (yang tidak perlu), dan enteng di kantung juga.

Maka, konsep menulis resep yang rasional menjadi pegangan setiap dokter. Artinya hanya memberikan obat yang betul-betul pasien perlukan saja. Dari obat yang diperlukan, dipilih yang paling enteng efek sampingnya, selain paling murah menebusnya (cost-benefit).

Apabila dari dua obat yang sama dengan khasiat yang sama, ada yang lebih murah, mengapa harus memilihkan yang lebih mahal.

Tidak pula selalu harus memilih obat yang lebih baru (dan biasanya lebih mahal) kalau tersedia obat yang lebih mudah dengan khasiat yang tidak kalah. Setiap obat baru belum tentu sudah teruji kekurangan dan bahayanya. Beberapa obat lama ditarik dari peredaran setelah puluhan tahun kedapatan efek sampingnya yang membahayakan. Maka, memilih obat paling baru belum tentu selalu aman.

Jadi, kesimpulan medisnya, semakin sedikit resep obat yang dokter tulis dan berhasil menyembuhkan penyakitnya, semakin bijak dokter dalam menulis resep. Sebaliknya semakin panjang resep dokter, semakin perlu diragukan diagnosisnya. Itu ibarat orang membabi buta menembak ke segala arah dengan senapan di tangan. Atau sikap buat seekor lalat masak harus perlu pakai senjata, misalnya.

Legal artisnya menulis resep, bila pasien dapat tahan dengan keluhannya, obat simptomatik sebaiknya tak perlu diresepkan. Ketakutan pihak dokter, bila resep yang diberikannya tidak langung memberi rasa cespleng pada pasien, ada kekhawatiran dokternya mungkin dianggap dungu.

Resep yang konservatif itu resep yang tidak selalu segera cespleng. Perlahan, tetapi pasti akan sembuh juga. Semakin cespleng suatu resep, biasanya semakin “keras” dan beragam jenis obatnya, dan tentu semakin besar pula efek samping yang harus pasien tanggung.

Maka, rajinlah bertanya setiap mendapat resep dokter. Jenis obat simptomatik minta dikurangi sekiranya kurang perlu. Hak pasien untuk bertanya dan mendapatkan obat yang bukan saja paling efektif, tetapi juga paling ringan di kantung dan paling aman buat dirinya. (Sehat Itu Murah)