Banjir Kanal atau Kanal Banjir?

Ade Sulaeman

Penulis

Banjir Kanal atau Kanal Banjir?
Banjir Kanal atau Kanal Banjir?

Intisari-Online.com - Badan Bahasa memang telah berusaha untuk selalu menentukan padanan serta kata baku dari setiap istilah baru (termasuk istilah asing) yang mereka temukan. Namun, terkadang masyarakat masih enggan untuk menggunakannya atau karena telah terbiasa dengan istilah-istilah non-baku sehingga muncullah istilah trivial.

Meity Taqdir Qodratillah, Kepala Pembakuan dan Pelindungan Bahasa mengambil contoh istilah catering yang lebih suka digunakan oleh banyak masyarakat dibandingkan istilah bakunya, yaitu “jasa boga”. Istilah “banjir kanal” juga demikian. Apabila melihat hukum DM (diterangkan dan menerangkan), maka istilah yang benar adalah “kanal banjir”. Bahkan, pemerintah cenderung menggunakan istilah yang tidak baku tersebut. Tidak asing dong dengan istilah “Proyek Banjir Kanal Timur”?

Satu lagi contoh istilah trivial yang sering kali digunakan oleh kebanyakan masyarakat Indonesia, terutama Jakarta, adalah istilah busway. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah menentukan nama dari bus dalam kota yang memiliki jalur sendiri ini, yaitu Bus Transjakarta. Namun, istilah busway-lah yang lebih populer. Padahal, secara harfiah pun istilah tersebut tidak bisa digunakan. Masa mau menaiki “jalur bus”?

Mengenai penggunaan istilah tidak baku, pernah beberapa masyarakat Indonesia bagian timur melakukan protes pada Badan Bahasa. Mereka merasa selalu berusaha untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik, dalam hal ini menggunakan istilah-istilah baku. Belakangan, terkait semakin mudahnya pertukaran informasi, semisal televisi dan internet, para remaja di Indonesia timur kerap menggunakan bahasa-bahasa ‘gaul’ alias tidak baku.

Untuk hal ini, Badan Bahasa tidak dapat memberi perintah atau larangan. Mereka hanya menekankan bahwa penggunaan kata-kata ‘gaul’ diperbolehkan semata dalam percakapan sehari-hari. Ketika dalam forum formal seperti dalam proses belajar di sekolah, maka bahasa bakulah yang wajib digunakan.

Jadi, bisa dikatakan dengan menggunakan istilah baku dalam kehidupan sehari-hari, selain melestarikan bahasa Indonesia, kita juga telah menghargai apa yang telah dilakukan oleh Badan Bahasa.