Intisari-Online.com - Menyitir ungkapan "Mengarang Itu Gampang" oleh Arswendo Atmowiloto, Jerry Aurum pun menyatakan begitu. Tentu ada plus-plusnya, seperti iklan-iklan zaman sekarang: syarat dan ketentuan berlaku.Oke, memotret memang semua orang bisa. Apalagi dengan era digital sekarang, "kesalahan" bisa diakali meski ada batasnya. Di sisi lain jumlah jepretan sudah tidak dibatasi oleh rol film, tapi kapasitas media penyimpan. Ini pun bisa diakali dengan memindahkan ke media penyimpan lain. Jadi, memotret itu memang gampang.Masalahnya, ada kriteria tertentu agar sebuah foto disebut "bagus". Foto setidaknya bisa mewakili apa yang ingin disampaikan pemotretnya. Atau foto bisa berbicara tentang kejadian seputar objek yang difoto. Untuk itulah ada kiat-kiat tertentu agar foto kita menjadi "berbicara".Dalam acara "Workshop Photography" untuk para jurnalis tulis yang diselenggarakan oleh PT Honda Prospect Motor, Jerry Aurum menjelaskan persiapan dan apa saja yang harus diperhatikan saat memotret mobil. Sesungguhnya tak hanya untuk memotret mobil saja, namun bisa diaplikasikan ke hampir semua objek.Ada tiga hal yang harus dipersiapkan sebelum memotret mobil: kamera, pendukung kamera, dan pendukung jurnalisnya. Pertama tentu kita harus mengenali kamera, termasuk pengoperasian dan aplikasi yang ada di dalamnya. Kemudian harus memastikan bahwa baterai kamera penuh atau masih ada "strum"-nya. Juga media penyimpan sudah terpasang. Kelihatan sepele namun bagi jurnalis tulis atau orang yang tidak sering motret masalah ini tak jarang muncul. Saya pernah melihat kejadian sesama jurnalis yang membawa kamera namun lupa memasang baterainya karena sedang diisi ulang. Ada lagi yang lupa memasukkan media penyimpannya.Hal penting lainnya adalah kebersihan lensa. Ibarat mata buram, hasil penglihatan pun bisa menjadi buram. Terlebih jika kita menggunakan kamera ponsel yang sering keluar masuk kantung celana. Risiko kotor atau berembun terkena keringat sangat besar. Jika tidak membawa alat pembersih khusus, bisa gunakan dengan pengembunan dari uap mulut. Lalu dibersihkan dengan kain katun.Untuk pendukung kamera, bawalah tripod atau monopod yang ringan. Memotret otomotif terkadang berada di dalam ruangan. Pencahayaan bisa kurang sehingga kita harus menggunakan speed yang lambat. Ini rentan goyang hasil jepretan kita. Jika tidak membawa tripod atau monopod, kita harus jeli dan cerdik memanfaatkan situasi. Kursi, meja, atau tempat sampah bisa dijadikan penopang kamera agar stabil saat memotret dengan speed rendah.Agar aktivitas memotret berjalan dengan lancar, siapkan baterai dan media penyimpan cadangan. Saking asyiknya memotret tak jarang kita kehabisan baterai atau media penyimpan, padahal masih ada beberapa objek yang harus diambil.Sedangkan untuk pendukung pemotretnya, karena memotret otomotif kadang di luar ruangan maka siapkan pakaian yang nyaman, kaca mata hitam, topi, air minum, dan tabir surya.Perhatikan white balanceMeski semua persiapan sudah oke, tak lantas kita bisa langsung memotret. Yang pertama kita lakukan adalah observasi, melihat keseluruhan objek. Kenali kelebihan dan mulai berpikir dari sudut mana objek akan dipotret, beserta komposisinya. Bicara komposisi tentu saja berkaitan dengan latar belakang dan pencahayaan.Dalam hal pencahayaan, usahakan dari samping sebab permukaan mobil yang mengilap akan memantulkan cahaya jika kita mengambil sudut pemotretan dari depan. Atur pencahayaan agar pas, tidak kurang tapi juga tidak berlebih. Andalkan pencahayaan yang ada. Jadi, minimalkan penggunaan flash. Yang perlu diperhatikan adalah pengaturan white balance. Ini akan berpengaruh terhadap warna foto yang dihasilkan. Apakah mau sesuai aslinya, dibikin agak kebiruan, atau kekuningan. Pengaturan white balance di "auto" tak selamanya menyelesaikan masalah.Lalu soal latar belakang. Jerry memberi rumus: less is more. "Jadi orang akan fokus ke mobilnya. Latar belakang yang kacau bisa mengaburkan si objek." Latar belakang juga harus kontras dengan mobilnya sehingga tampak menonjol. Untuk membantu keseimbangan antara objek dan latar belakang ini kita perlu memahami diafragma dan shutter speed (kecepatan rana membuka). Inilah dua hal yang mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke kamera.Diafragma dan shutter speed ini akan menentukan kedalaman gambar. Maksudnya semua objek tertangkap dengan jelas, atau bagian-bagian tertentu. Dengan mengatur dua hal tadi, kita bisa memperoleh foto yang tajam semua atau hanya objek saja yang tajam, sementara latar belakang kabur (blur).Tak ada rumus baku bagaimana mengambil sudut pemotretan. Eksperimen, eksplorasi, dan pakai perasaan. Berpikirlah untuk out of the box. Beda dari orang lain. Berhubung ini sudah era digital, perbanyak jepretan. Lebih banyak stok lebih bagus.Jika sudah memotret, yang tak kalah pentingnya adalah penyimpanan. Harus diingat bahwa digitalisasi foto tak lantas meminimalkan risiko. Tinggal menunggu waktu foto akan "hancur". Oleh sebab itu kita harus memiliki cadangan foto kita. "Bahkan ada fotografer yang memakai pendekatan back up for back up. Artinya, foto di-back up sampai dua kali."Jika sudah disimpan, layaknya sebuah perpustakaan kita harus memiliki katalog sehingga mudah untuk mencarinya. Katalogkan dengan rapi sehingga sebuah objek yang difoto dua kali dalam rentang waktu berlainan tidak sampai memiliki nama file yang sama.Selamat memotret!