Intisari-Online.com – Masalah nutrisi di Indonesia dapat mempengaruhi masa depan ekonomi Indonesia. Hal ini harus menjadi perhatian banyak pihak. Di satu daerah di Indonesia, masyarakatnya mengalami kekurangan gizi, hingga akhirnya mengalami kematian. Sementara banyak anak di perkotaan yang mengalami obesitas, yang pada akhirnya menimbulkan masalah penyakit seperti diabetes, hipertensi, serta penyakit kardiovaskular lainnya, yang pada akhirnya pun mengalami kematian pada usia muda.
“Pada negara-negara yang mengalami transisi nutrisi, kekurangan gizi dan nutrisi seperti zat besi, vitamin A, dan zincpada anak, terjadi bersamaan dengan kasus obesitas dan penyakit nutrisi kronis lainnya. Kami menamakan kondisi ini sebagai double burden,” ungkap Prof. Ricardo Uauy Dagach, profesor di bidang nutrisi dan kesehatan umum dari London School of Hygiene and Tropical Medicine, Universitas London, beberapa waktu lalu, didampingi oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
Berdasarkan Riset Kesehatan dasar (RISKESDAS) yang dilakukan oleh Kementrian Kesehatan Indonesia pada tahun 2010 menemukan bahwa 17,9% status malnutrisi terjadi pada anak di bawah usia 5 tahun, sementara 15% anak pada kelompok usia yang sama mengalami kegemukan. Sementara, kasus malnutrisi dan kegemukan pada anak kelompok usia 6 – 12 tahun terjadi sebesar 11,2% dan 9,2%.
Persoalan malnutrisi bukan semata-mata masalah kesehatan, karena negara dan masyarakat harus mengeluarkan biaya tinggi untuk mengatasi penyakit akibat malnutrisi pada usia dini.
Masuknya industrialisasi juga mempengaruhi gaya hidup masyarakat. Karena saking sibuknya orangtua bekerja, tidak sempat memasak untuk anak, mereka pun membeli makanan siap saji yang tidak sehat namun praktis. Akibatnya, anak mengalami kegemukan. Lalu, di usia sekitar 40 tahun, anak-anak yang kegemukan terkena berbagai penyakit degeneratif, seperti diabetes, hipertensi, atau penyakit kardiovaskular yang berujung pada mati muda.
Ironisnya, pada saat bersamaan, warga miskin di pedesaan menganggap makanan sehat adalah makanan yang mahal. Mereka pun memberikan anak-anak mereka makanan seadanya yang kurang memberikan asupan pada perkembangan otak anak.
Untuk melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas, harus direncanakan 1000 hari sebelum perencanaan kehamilan. Lalu, dilanjutkan dengan nutrisi pada saat kehamilan. Kemudian pemberian air susu ibu (ASI) secara eksklusif, dan pemberian MPASI (makanan pendamping ASI) setelahnya hingga usia 2 – 3 tahun yang akan membantu tumbuh kembang anak.