Intisari-Online.com - Kesan pertama punya pengaruh, tak terkecuali bagi sebuah produk. Warna nyatanya bisa menjadi salah satu pertimbangan ketika kita hendak membeli produk tertentu. Artinya, kekuatan warna dalam sebuah produk itu tak boleh disepelekan.
“Sangat menentukan,” singkat Dra. Ratna Djuwita, Dipl. Psych., Psikolog Sosial dari Universitas Indonesia. Ketika sebuah warna menjadi tren, barang dengan desain terbaru pun, bila warnanya tidak sedang tren, bisa dianggap produk lama. Bombardir tren warna tertentu, menurut Ratna berdampak psikologis. Dalam pemaparan Ratna, manusia itu punya kecenderungan untuk menyesuaikan dengan segala sesuatu yang dikatakan baru atau trendy. Dengan begitu, mereka akan terlihat lebih keren. Setidaknya, itu yang mereka rasakan.
Selain itu, manusia juga ingin tergolong dalam satu kelompok. Mereka akan lebih bangga ketika tergolong dalam kelompok yang dianggap eksis atau modern. Kondisi ini yang membuat orang cenderung mengikuti tren. Meskipun demikian, Ratna menambahkan, orang yang berumur biasanya sudah punya preferensi pribadi sehingga tidak begitu mudah lagi terbawa tren. “Tapi secara umum, orang cenderung terbawa tren.”
Sedangkan menurut Eric Santosa, Market Research dari Prompt, mode sangat ditentukan oleh warna. Kita pun seolah ditentukan oleh tren warna itu. Faktanya, tren warna muncul karena diatur oleh industri. Misalnya, tahun 2013 pelaku industri sepakat untuk membuat warna kuning sebagai tren. Konsumen pun tak dapat berkutik karena itulah yang tersedia di pasar.
“Para perencana biasanya mendasarkan penentuan tren itu pada analisis keadaan sosial, politik, dan ekonomi di suatu negara,” tambah Ratna. Contohnya, saat krisis moneter kita ingin membangkitkan semangat rakyat. Maka, dipilihlah warna yang bisa mengakomodasi kebutuhan itu. Salah satunya, warna merah. Beda ketika kita sedang menghadapi era digital. Warna perak bisa jadi pilihan.