Intisari-Online.com - Apa beda karpet dengan permadani? Permadani hanya menutupi sebagian lantai, sedangkan karpet menutupi seluruhnya. Tetapi masih banyak manfaat lainnya. Mulai dari membuat ruangan lebih nyaman, hangat, indah, kedap suara, juga mencegah orang terpeleset di lantai licin.
Sudah ribuan tahun manusia mengenal permadani. Begitu manusia mengenal hunian, alas lantai segera terasa diperlukan sebagai penutup lantai yang keras, dingin, dan berdebu. Kalau kini kita mengenal dua bagian utama permadani: alas (yang keras) dan bantalan (yang empuk), solusi paling sederhana yang dilakukan nenek moyang adalah dengan menumpuk tebal batang alang-alang.
Saat keterampilan menganyam dikenal, dimulailah babak tikar anyaman. Di Qalat Jarmo, Irak, Prof. Robert John Braidwood menemukan sisa-sisa tikar dari batang alang-alang yang diduga berasal dari masa sekitar 6000 SM. Masyarakat Turkistan telah menganyam permadani sederhana sejak 5000 SM. Sedangkan sebuah lempeng tablet dari Ur dinasti ke-3 (2100 SM) menyebut adanya tikar alang-alang berukuran cukup besar, 32,8 x 56 m2.
Penutup lantai lainnya yang dikenal yaitu kulit binatang dan batu alam yang rata. Sayangnya, berburu dan menguliti binatang buas dianggap berisiko tinggi. Belum lagi teknik pengolahan kulit masih primitif sehingga tidak awet dan diserang serangga. Sedangkan batu alam yang rata sulit didapat dan tidak nyaman.
Bagi suku-suku nomad di Asia Tengah dan Barat, yang disebut sebagai penemu permadani, selain alas lantai, permadani juga satu-satunya seni dekoratif yang mereka kenal. Maklum, berbeda dengan mebel biasa, permadani dapat dijinjing dan dipakai di berbagai tempat, entah di kemah, gubuk sederhana, atau istana. Permadani juga luwes untuk menjawab berbagai kebutuhan praktis. Dari selimut, tutup pelana, karung, tabir kemah, bahkan penutup makam.
Seiring dengan meningkatnya keterampilan menganyam dan menenun, lahirlah permadani tebal berbantalan, yang terdapat di Cina, India, Iran, dan Turki. Konon permadani berbantalan tertua adalah permadani Pazyryk yang ditemukan dalam sebuah makam di selatan Siberia dan dibuat pada sekitar 425 SM.
Wajar bila secara tradisional masyarakat di daerah itu terampil membuat pekerjaan tangan permadani. Jenis itu bernilai tinggi karena selain rumit dan indah, juga dikerjakan dalam waktu yang lama sehingga jarang ada. Faktor lain yang meningkatkan harga jualnya adalah keterampilan menjalin yang berakibat pada kencang-tidaknya jalinan.
Jalinan kencang menjadikan permadani lebih awet. Besar ukuran dan kepadatan benang juga mempengaruhi harganya. Bayangkan, ada permadani India dengan 2.400 buhul benang per inci persegi. Ukuran, bentuk, dan warna sebuah permadani buatan tangan tidak ada standar tertentu. Namun, karakter itu tidak dipandang sebagai cacat, malah pertanda keaslian permadani oriental.
Permadani menyebar secara tak sengaja ke Eropa saat Perang Salib (1100-1200-an). Tentara Eropa yang menjelajah ke Timur Tengah kembali ke kampung halaman dengan oleh-oleh permadani. Tahun 1200-an Spanyol sudah menjadi produsen permadani, disusul Inggris di tahun 1500-an (bahkan dua abad kemudian menjadi pusat industri permadani di Eropa). Tahun 1600-an, Prancis mulai menghasilkan permadani tebal yang disebut savonnerie.
Perkembangan industri permadani tak lepas dari penemuan alat tenunnya. Adalah Edmund Cartwright penemu Inggris yang mengembangkan mesin tenun pada 1780-an. Disusul dengan penemuan mesin Jacquard tahun 1800 oleh penenun Prancis, Joseph M. Jacquard. Agar produknya lebih baik, mesin tenun permadani kembali disempurnakan, antara lain dilakukan oleh Erastus B. Bigelow, penemu berkebangsaan Amerika, pada 1841.
Karpet modern biasanya produksi pabrik. Alasnya dari serat olefin atau serat alamiah jute, sedangkan bantalannya dari serat nilon, poliester, akrilik, atau olefin. Tiap bahan punya kelebihan. Benang nilon tahan kotor, mampu mengurangi jumlah arus listrik statis yang timbul. Sementara poliester lebih awet dan bisa menampilkan warna yang lebih cerah dibandingkan dengan serat lain. Selain tahan terhadap sinar matahari, serta menyalurkan sedikit arus listrik statis, serat akrilik itu ringan. Sedangkan karakter olefin yang kuat dan tahan terhadap lembap menjadikannya banyak digunakan untuk karpet di luar, selain di dalam ruangan. (Intisari)