Intisari-Online.com – Di tengah konteks geopolitik saat ini, Asia Pasifik semakin panas, terlebih dengan adanya krisis Semenanjung Korea dan masalah sengketa Laut Cina Selatan. Ancaman rudal jarak jauh menjadikan udara sebagai wilayah penting.
Hal paling mutakhir adalah Air Traffic Flow Management (ATFM). Saat ini ada tiga negara yang memperebutkan posisi ATFM Center di Asia Pasifik, yakni Indonesia, Australia, dan Thailand. Menjadi tempat pusat ATFM berarti menjadi tempat minta izin semua penerbangan sipil dan militer di suatu kawasan.
Dalam situasi seperti itu, TNI AU tanggal 9 April ini merayakan ulang tahun ke-67. Dalam rentang yang panjang itu, menarik untuk mengamati kekuatan yang sudah dihimpun selama ini dan bagaimana perkembangan kekuatan negara tetangga. Terlebih, pada era Soekarno dulu kita seperti memiliki kekuatan lebih untuk melawan. "Ganyang Malaysia" atau "Go to hell with your aids." Juga pembentukan Poros Jakarta - Pyongyang dan Poros Jakarta - Beijing. Tentu Soekarno tidak asal “gertak”.
Saat itu Indonesia memiliki pesawat MiG-21 Fishbed, salah satu pesawat supersonik tercanggih di dunia. Pesawat ini mampu terbang dengan kecepatan mencapai Mach 2. Pesawat ini bahkan lebih hebat dari pesawat tercanggih Amerika saat itu, pesawat supersonic F-104 Starfighter dan F-5 Tiger. Sebagai catatan, kedahsyatan pesawat-pesawat MiG-21 dan MiG-17 di Perang Vietnam sampai mendorong Amerika Serikat mendirikan United States Navy Strike Fighter Tactics Instructor, pusat latihan pilot-pilot terbaik yang dikenal dengan nama TOP GUN.
Indonesia juga memiliki armada 26 pembom jarak jauh strategis Tu-16 Tupolev (Badger A dan B). Ini membuat Indonesia menjadi salah satu dari hanya empat bangsa di dunia yang mempunyai pembom strategis, yaitu Amerika Serikat, Rusia, dan Inggris. Pangkalannya terletak di Lapangan Udara Iswahyudi, Madiun.
Bahkan Cina dan Australia pun belum memiliki pesawat pembom strategis seperti ini. Pembom ini juga dilengkapi berbagai peralatan elektronik canggih dan rudal khusus antikapal perang AS-1 Kennel, yang daya ledaknya bisa dengan mudah menenggelamkan kapal-kapal tempur Barat.
Bagaimana dengan kekuatan saat ini? Tercatat ada 64 pesawat jet tempur Sukhoi; 32 jet tempur F16; 36 pesawat tempur Hawk 100/200; 12 jet tempur F5E; 16 pesawat tempur Super Tucano; 16 pesawat tempur Yak 130; 36 pesawat tanpa awak; dan 64 pesawat transportasi Hercules.
Dengan wilayah yang luas, kekuatan itu seperti “kurang bertaji” dibandingkan dengan negara tetangga Malaysia yang angkatan udaranya (Tentera Udara Diraja Malaysia/TUDM) didirikan pada tahun 1958 (saat ini usianya 55 tahun). Saat ini TUDM mengoperasikan sebuah kombinasi unik yang menggabungkan beberapa jenis pesawat udara modern buatan Amerika Serikat, Eropa, dan Rusia.
Begitu juga dengan Angkatan Udara Republik Singapura, yang berdiri sejak tahun 1968. Sejak awal kemerdekaanya Singapura menjalin hubungan militer dengan Israel dan Amerika Serikat. Tak heran rasanya jika kini militer Singapura menjadi salah satu kekuatan menakutkan di Asia Tenggara, ditambah lagi dengan kemampuan belanja militer yang sangat besar tiap tahunnya membuat militer negara ini semakin kuat.
Toh Kepala Staf TNI AU, Marsekal Ida Bagus Putu Dunia, tak kecil hati. Dalam wawancara dengan Kompas ia melihat sisi kemampuan daripada kekuatan. “Kekuatan itu hanya satu bagian dari kemampuan. Kemampuan itu bukan soal canggih atau kuat. Tidak bisa dilihat,” katanya.
Bravo “Sayap Tanah Airku” (Swa Bhuwana Paksa)! (pelbagai sumber)