Otot Wajah pun Berkontraksi Saat Orgasme

K. Tatik Wardayati

Editor

Otot Wajah pun Berkontraksi Saat Orgasme
Otot Wajah pun Berkontraksi Saat Orgasme

Intisari-Online.com – Bicara soal orgasme, William Masters dan Virginia E. Johnson, pakar respons seksual manusia, menyatakan bahwa orgasme merupakan tahapan ketiga dari empat tahapan dalam siklus hubungan seksual. Orgasme terjadi setelah fase plateau (mendatar) dan sebelum fase resolusi. Selain model siklus respons seksual ala Masters dan Johnson itu, ada lagi model siklus respons seksual lain yang diterima secara luas, yakni yang dikembangkan oleh Helen Singer Kaplan, M.D., PhD. Siklus Kaplan tersebut melibatkan hanya tiga tahapan, dan orgasme menjadi tahapan terakhir setelah desire (hasrat) dan excitement (perangsangan).

Regina Nuzzo dalam Latimes.com menyatakan, orgasme memang sulit diterjemahkan. Meski begitu, sejumlah fakta berkaitan dengan orgasme telah diketahui.Pertama, stimulasi pada organ seksual akan mengirimkan getaran listrik sepanjang tiga jalan utama: panggul, perut bagian bawah, dan saraf kelamin bagian luar. Selanjutnya sinyal ini masuk ke saraf tulang belakang pada dasar tulang belakang dan naik ke otak yang merespons sensasi organ seksual.

Berikutnya, suatu bagian dari otak segera beraksi. Ada yang mengirim kembali sinyal ke tubuh dengan perintah tertentu, di antaranya membasahi vagina (pada wanita), menegakkan penis (pada pria), memompa darah lebih keras, dan bernapas lebih cepat. Intensitas ini semakin lama semakin kuat hingga memuncak menjadi sebuah “ledakan” hebat yang disebut orgasme. Jantung berdetak dua kali lipat. Pada wanita uterus berkontraksi secara berirama, pada pria semen yang membawa sperma dimuntahkan dari tubuh.

Manifestasi orgasme berbeda dari satu orang ke orang lainnya dan untuk setiap orang pada saat yang berbeda. Pada orang tertentu orgasme merupakan sensasi yang eksplosif dan luar biasa, sementara untuk orang lain sensasinya lebih ringan, lebih halus, dan kurang kuat/intens.Perbedaan intensitas orgasme ini berkaitan dengan faktor fisik, seperti kelelahan dan lamanya jeda sejak orgasme terakhir, dan faktor psikologis macam mood, hubungan dengan pasangan, aktivitas, harapan, dan persaan ketika mengalami orgasme.

Orgasme merupakan respons total dari tubuh, tidak cuma sebuah peristiwa pada panggul. Pola gelombang otak menunjukkan perubahan yang jelas selama orgasme. Otot di banyak bagian tubuh yang berbeda juga berkontraksi selama fase respons seksual ini.Beberapa orang mengalami kontraksi otot wajah seperti ketika menyeringai atau mengekpresikan perasaan tidak nyaman. Kontraksi otot wajah ini merupakan satu indikasi adanya getaran seksual yang tinggi. (Healthy Sexual Life)